Senin 03 Dec 2018 19:32 WIB

Harga Ayam Masih Pengaruhi Inflasi Kota Malang

Tingkat inflasi Kota Malang pada November sebesar 0,37 persen.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Pedagang daging ayam.
Foto: Nico Kurnia Jati.
Pedagang daging ayam.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Harga daging ayam ras masih memberikan pengaruh besar terhadap inflasi Kota Malang selama November 2018. Meski bukan urutan teratas lagi, bahan komoditas ini menyumbang inflasi sekitar 0,283 persen.

"Dengan kenaikan 2,11 persen dibandingkan sebelumnya," ujar Kasi Distribusi Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Dwi Handayani, di Kantor BPS Sukun, Kota Malang, Senin (3/12).

Pada bulan sebelumnya, daging ayam ras bahkan sempat berada di posisi teratas sebagai penyumbang inflasi. Kenaikan harga sebesar 7,12 persen membuatnya turut andil dalam inflasi sekitar 0,0892 persen.

Adapun pada Oktober, inflasi Kota Malang berkisar 0,30 persen. Sedangkan November 0,37 persen. "November ini, inflasi Kota Malang naik," ujar Dwi.

Selama November, daging ayam ras berada di posisi ketiga teratas. Sementara penyumbang inflasi terbesar berasal dari angkutan udara dan bawang merah. Tiket pesawat mengalami kenaikan 10,17 persen sedangkan bawang merah sekitar 14, 84 persen.

Melihat data ini, menurutnya, masalah harga daging ayam ras sepertinya belum kunjung teratasi. Bahkan, pengaruhnya beberapa kali sempat terjadi di tahun lalu juga. Untuk itu, ia sangat berharap, permasalahan harga komoditas ini dapat terpecahkan di bulan mendatang.

Berdasarkan laporan para pedagang, Dwi mengungkapkan, harga daging ayam ras memang sudah mengalami kenaikan dari sumbernya. Di pertemuan dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang beberapa waktu lalu, para pedagang besar sempat mengutarakan inti masalahnya.

Semuanya akibat dari pakan yang sulit diperoleh sehingga memengaruhi harga komoditas ini. "Yang pasti kita sudah menyampaikan ke TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) bahwa ini tolong diwaspadai (harga daging ayam sejak Oktober)."

Dijelaskan, pemkot juga sudah bergerak dengan mengundang pelaku usaha ayam, satu pengepul, hingga pedagang. "Dan itu memang karena harga jagung tinggi, pakan ikut tinggi. Sedangkan harga dari pedagang, ya apa kata pengepul," jelasnya.

Pada kesempatan lain, Kepala Dinas Perdagangan (Kadisdag) Kota Malang, Wahyu Setianto, menjelaskan, pihaknya sebenarnya telah memantau harga daging ayam di pasar. Para pedagang mengaku kenaikan harga komoditas tersebut sudah terjadi di distributornya.

"Pedagang mengambil ayam di pengepul-pengepul yang menjual ke pedagang juga cukup tinggi. Juga karena banyaknya permintaan masyarakat akan ayam potong. (Nanti) Dinas Perdagangan akan menyegerakan menemui peternak ayam, akan menanyakan apakah memang dari peternak yang dibeli pengepul-pengepul juga ada kenaikan," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement