Senin 03 Dec 2018 03:29 WIB

Harga Telur Ayam di Indramayu Melonjak

Di warung-warung pengecer, harga telur ayam sudah mencapai Rp 26 ribu per kg

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Hazliansyah
Peternak mengambil telur ayam di desa Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (1/11/2018).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Peternak mengambil telur ayam di desa Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (1/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Memasuki penghujung tahun, harga telur ayam di pasar tradisional di Kabupaten Indramayu, melonjak. Kondisi itu dikeluhkan konsumen, terutama pedagang masakan.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id di Pasar Baru Indramayu, Ahad (2/12), harga telur ayam saat ini ada di kisaran Rp 24 ribu-Rp 25 ribu per kg. Bahkan, di warung-warung pengecer, harga telur ayam sudah mencapai Rp 26 ribu per kg.

"Harga telur mulai naik lagi," ujar seorang pedagang telur ayam di pasar tersebut, Naryono.

Menurut Naryono, harga telur itu mulai mengalami kenaikan sejak tiga minggu terakhir. Semula, harga telur di pasaran saat tiga minggu lalu hanya di kisaran Rp 20 ribu per kg.

"Naiknya secara bertahap. Tapi kenaikan paling tinggi terjadi sejak seminggu terakhir ini," kata Naryono.

Naryono mengaku tidak mengetahui pasti penyebab naiknya harga telur ayam tersebut. Menurutnya, kenaikan harga sudah terjadi di tingkat agen.

Namun, lanjut Naryono, berdasarkan pengalamannya selama ini, kenaikan harga telur ayam memang biasa terjadi setiap menjelang Natal dan Tahun Baru. Ditambah lagi saat ini sudah mulai masuk musim penghujan.

Naryono mengakui, sejauh ini kenaikan harga telur ayam itu belum berpengaruh terhadap omset penjualannya. Namun yang pasti, dia selalu menerima protes dan keluhan dari para konsumennya.

Salah seorang penjual masakan di Kelurahan Margadadi, Kecamatan Indramayu, Wati, menyatakan, kenaikan harga telur ayam itu membuat modal yang harus dikeluarkannya semakin besar. Di sisi lain, dia sulit menaikkan harga jual masakan karena khawatir kehilangan pelanggan. 

"Ya saya naikkan sedikit harganya, soalnya kalau tidak ikut naik, nanti rugi," tutur Wati.

Wati mengaku tidak memiliki pilihan lain kecuali menaikkan harga jual masakan telurnya. Pasalnya, telur tidak bisa diperkecil seperti halnya tempe saat harganya mengalami kenaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement