Sabtu 01 Dec 2018 17:20 WIB

PTPN VII Gandeng Chakra Garap Teh Gunung Dempo

Ciri-ciri perusahaan besar dan visioner adalah melakukan kerja sama.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Hafil
Direktur Utama PTPN VII M Hanugroho bersama Direktur Utama PT Kapebe Chakra Rachmat Badrudin bersama Direktur Utama PTPN Grup usai penandatangan kerja sama operasional (KSO) PTPN VII dan PT Kapebe Chakra untuk pengelolan dan pengembangan teh Dempo Pagaralam, Jumat (30/11).
Foto: Humas PTPN VII
Direktur Utama PTPN VII M Hanugroho bersama Direktur Utama PT Kapebe Chakra Rachmat Badrudin bersama Direktur Utama PTPN Grup usai penandatangan kerja sama operasional (KSO) PTPN VII dan PT Kapebe Chakra untuk pengelolan dan pengembangan teh Dempo Pagaralam, Jumat (30/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII menggandeng PT Kapebe Chakra mengelola produk dan pemasaran teh di unit usaha PTPN VII Pagaralam, Sumatra Selatan (Sumsel). Pengelolaan bersama produk teh tersebut dapat memberikan kontribusi laba signifikan kedua belah pihak.

Nota kerjasama PTPN VII dan PT Kapebe Chakra berlangsung di Kantor PTPN III Holding, Jakarta, Jumat (30/11). Hadir pada acara itu, Direktur Utama PTPN Grup (holding) Dolly P. Pulungan, Direktur Utama PTPN VII  Muhammad Hanugroho, dan Direktur Utama PT Kapebe Chakra Rachmat Badrudin.

Dirut PTPN Grup Dolly P Pulungan mengapresiasi kerjasama operasional (KSO) PTPN VII dan Kapebe Chakra. Saat memimpin PTPN VII, kata dia, ia memberi catatan khusus kepada unit suaha kebun dan pabrik teh di Pagaralam, karena tidak pernah mencatatkan keuntungan bagi perusahaan.

“KSO ini adalah opsi terbaik setelah berbagai opsi dijalankan tetapi tak kunjung membaik. Dan alhamdulillah, meskipun prosesnya lama, hari ini terwujud juga. Saya yakin, kedua belah pihak dengan masing-masing potensinya bisa melejitkan komoditas teh Gunung Dempo ini dalam waktu dekat,” kata Dolly, mantan dirut PTPN VII pada tahun 2017.

Dirut PTPN VII M Hanugroho optimistis KSO dengan Chakra ini sangat menguntungkan bagi PTPN VII. Perjalanan usaha teh di Unit Usaha Pagaralam, kata dia, telah berjalan amat panjang, bahkan sejak zaman penjajah. Namun, pengalaman panjang itu belum memberi kontribusi positif berarti bagi perusahaan. Jika demikian, tambah dia, dipastikan ada simpul yang tidak pas dalam pengelolaan.

“Oleh karena itu, kesediaan PT Kapebe Chakra sebagai perusahaan teh dengan reputasi baik secara nasional, bahkan internasional akan menjadi kerjasama yang sangat penting dengan tujuan turn around bagi teh Gunung Dempo,” katanya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Sabtu (1/12).

Hanugroho mengatakan, secara kualitas, produk yang dihasilkan kebun dan pabrik teh Gunung Dempo di Pagaralam sangat baik. Teh hitam yang diolah dengan teknologi standar ini, mendapat respons sangat baik di pasar dunia. Namun, ada beberapa faktor sehingga harga jual sebaran pemasarannya masih menjadi kendala.

“Kami punya produk dan state yang sangat baik, tetapi tidak memiliki sebaran pemasaran yang baik sehingga harga jual rendah. Nah, PT Chakra ini punya yang kita butuhkan. Mereka punya jaringan pemasaran yang luas dengan bargain yang sangat baik. Juga punya strategi dan teknologi yang mapan untuk menghasilkan produk yang diminati pasar manca negara. Kita padukan potensi ini, saya yakin kita segera leading,” katanya.

Menurut dia, pola KSO adalah ciri korporasi modern yang harus diterapkan. Kerjasama adalah upaya menyeluruh untuk memperbaiki kinerja perusahaan agar lebih akuntabel. Sebab, dengan kerja sama itulah para pihak akan saling melengkapi, mengawasi, mengoreksi, dan menutup segala macam kekurangan yang bisa berdampak negatif.

“Ciri-ciri perusahaan besar dan visioner adalah melakukan kerja sama. Tanpa itu, kita akan menjadi merasa besar, merasa kuat sendiri, padahal sesungguhnya rapuh. Dengan kerja sama, kita bisa saling mengisi untuk menguatkan,” kata dia.

Dirut PT Kapebe Chakra Rachmat Badrudin menyatakan kepercayaan PTPN VII kepada Chakra untuk ikut mengelola dalam aspek teknis maupun pemasaran sangat penting. Dia mengaku sejak awal masuk ke state plantation di lereng Gunung Dempo Pagaralam setahun yang lalu, ia bersama tim besar sampai menginap di lokasi beberapa hari.

“Itu karena sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Saya bawa tim lengkap. Ada direktur operasional, ada pakar teh, dan tenaga teknis lainnya, waktu itu. Kalau tidak prospektif, kami tak akan lama-lama di sana,” kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement