REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kondisi Gunung Merapi yang masih berstatus level II atau waspada membuat masyarakat cukup sensitif ketika menerima kabar-kabar terkait. Tapi, masyarakat harus teliti atas informasi-informasi yang beredar.
Seperti salah satu video longsor pasir yang beredar sepanjang Kamis (29/11) di media-media sosial. Seiring tersebarnya video, tidak sedikit tagar-tagar yang seakan mengaitkan kejadian di video itu dengan Gunung Merapi.
Dalam video, tampak longsor pasir terjadi di salah satu bagian tebing. Terdapat beberapa orang dalam video itu yang sempat menonton kejadian itu lalu melarikan diri untuk menghindari longsoran pasir tersebut.
Mereka tampaknya merupakan penambang-penambang konvensional. Hal itu dikuatkan dengan truk-truk yang terparkir di sisi kanan dan kiri, yang biasa digunakan penambang-penambang pasir konvensional.
Akibatnya, tidak sedikit pengguna media sosial yang mengira longsor pasir itu terjadi di Gunung Merapi. Setelah dikonfirmasi Pusdalops BPBD DIY, kabar-kabar yang menyebutkan longsor terjadi di Gunung Merapi ternyata tidak benar.
Melalui Pusdalops DIY, BPBD Kabupaten Magelang menerangkan kejadian itu terjadi pada 27 November 2018 sekitar 09.30 WIB. Longsor pasir terjadi di Sungai Bebeng Atas, Dusun Cawang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
"Pada saat kejadian sedang ada aktivitas penambangan, namun tidak ada korban," tulis BPBD Kabupaten Magelang melalui BPBD DIY, Jumat (30/11).
Gunung Merapi sendiri akhir pekan lalu sempat memuntahkan lava pijar. Namun, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) masih menetapkan level II atau status waspada.