REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III Fraksi NasDem Taufiqulhadi mengatakan agenda Reuni 212 dengan mengarahkan massa sedemikian rupa perlu dilihat tujuannya. Meskipun pihak penyelenggara tidak mengakui ada muatan politik di dalam Reuni 212 tersebut, Taufiq tetap meyakini hal sebaliknya.
"Kalau memperingati kemenangan, ya berarti itu sudah politis, kalau sudah politis menurut saya sudahlah. Reuni 212 itu telah dengan maksud politik, dan menurut saya lebih baik jangan bawa-bawa agama," kata Taufiqulhadi saat dihubungi, Kamis (29/11).
Dia menambahkan, bantahan dari pihak penyelenggara hanya berbentuk verbal, sementara di balik itu semuanya adalah persoalan politik. Dia menantang, jika memang tidak ada unsur politik, apakah penyelenggara memperkenankan unsur pendukung semua calon presiden hadir dan diberikan kesempatan yang sama untuk berbicara.
"Jadi tidak ada yang murni seperti itu, itu kan hanya bantahan verbal. Begini, menurut saya itu harus dilihat sepenuhnya, ada keseragaman sikap dengan tujuan tertentu. Nah itu adalah politis," ujarnya.
Lebih jauh, dia meminta kepada penggagas acara tersebut agar secara terang-terangan mengakui maksud dan tujuan dari Reuni 212 yang akan diselenggarakan pada Ahad (2/12). "Misalnya kelompok ini ingin mendukung capres tertentu ya sebutkan saja bahwa ini adalah untuk mendukung capres tertentu dan lebih baik jangan bawa-bawa agama," kata dia.
Mengenai undangan yang terbuka bagi semua pihak tanpa terkecuali, menurut dia lain halnya dengan Presiden Joko Widodo. "Kalau memang ngundang presiden ya nggak bisa terbuka gitu kalau diundang, namanya juga presiden harus ada undangan khusus, itu pun kalau mau ngundang, kalau nggak diundang ya nggak apa-apa," ujarnya.