Rabu 28 Nov 2018 05:35 WIB

Pemuda Usia Produktif Dominan Terlibat Kecelakaan

78 persen penyebab kecelakaan lalu lintas karena faktor perilaku.

Anak-anak yang nekat mengendarai kendaran bermotor di jalan raya akibat kurangnya pengawasan orang tua serta penegakan hukum.
Foto: Republika/Prayogi
Anak-anak yang nekat mengendarai kendaran bermotor di jalan raya akibat kurangnya pengawasan orang tua serta penegakan hukum.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Suharto menyatakan, kalangan anak muda yang masih berusia produktif hingga saat ini paling dominan terlibat atau menjadi korban kecelakaan lalu lintas akibat perilaku mereka dalam berkendara.

"Yang paling banyak terjadi di usia produktif, bisa yang meninggal tadi kemungkinan calon pemimpin," kata Suharto dalam talkshow yang bertajuk "Cegah Pelanggaran Lalu Lintas" di Auditorium Magister Manajemen (MM) UGM, Yogyakarta, Selasa (27/11).

Menurut dia, faktor penyebab kecelakaan lalu lintas tersebut adalah perilaku berkendara anak muda yang tidak menjaga keamanan dan keselamatan selama berada di jalan raya. "Sekitar 78 persen disebabkan faktor perilaku dan sisanya soal sarana dan prasarana," kata Suharto.

Setiap tahun, menurut dia, tercatat sebanyak 30.569 korban meninggal dunia akibat kecelakaan. Korban yang paling banyak meninggal dunia umumnya anak muda yang masih usia produktif 15-29 tahun karena tidak menjaga keselamatan saat berkendara.

Suharto mengimbau orang tua tidak mudah menyerahkan kendaraan roda dua bagi anaknya yang masih duduk di bangku sekolah SD atau SMP. Menurutnya, anak-anak di usia tersebut riskan menjadi korban kecelakaan karena minimnya wawasan soal keselamatan dan keamanan berlalu-lintas.

"Memberikan motor kepada anak yang masih SMP sama saja menyiapkan kain kafan bagi anaknya," ujar Suharto.

Direktur Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda DIY, Kombes Pol Latif Usman menyatakan, tujuh faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, yakni berkendara dengan kecepatan tinggi, pengendara di bawah umur, melawan arus, menggunakan telepon genggam, tidak menggunakan helm, mabuk, serta tidak menggunakan sabuk keselamatan.

Ia menyatakan, angka kecelakaan di DIY pada 2016 tercatat sebanyak 463 orang meninggal dunia dan pada 2017 turun menjadi 442 orang yang meningal dunia. "Hingga pertengahan November 2018 tercatat 373 orang meninggal dunia," kata Latif.

Pemerhati keselamatan berlalu lintas dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik UGM, Prof Sigit Priyanto mengatakan sedang melaksanakan program kampanye keselamatan lalu lintas anak di DIY melalui kerja sama UGM dan Gachon University. Program itu diprioritaskan untuk kelompok anak-anak dan orang tua untuk melakukan kunjungan rutin ke sekolah.

"Kita ingin menekan jumlah kecelakaan anak di DIY sebagai studi kasus sehingga nantinya bisa dikembangkan di seluruh Indonesia," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement