Selasa 27 Nov 2018 10:07 WIB

Jembatan Gantung Gerakkan Roda Perekonomian Desa

Kementerian PUPR menargetkan pembangunan 300 jembatan gantung.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Jembatan Gantung
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Jembatan Gantung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jembatan Gantung yang telah dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Selain menjadi akses penghubung antardesa, jembatan gantung juga turut menggerakkan ekonomi perdesaan dan menjadi objek wisata desa.

"Jembatan gantung sangat dibutuhkan dan kehadirannya disambut baik oleh masyarakat karena manfaatnya nyata. Ini untuk menggantikan yang Indiana Jones," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono melalui keterangan tertulis, Selasa (27/11).

Jembatan gantung sangat membantu masyarakat lantara kondisi geografis  Indonesia yang memiliki banyak gunung, lembah dan sungai. Secara fisik, kondisi ini terkadang memisahkan lokasi tempat tinggal penduduk dengan berbagai fasilitas pelayanan publik seperti sekolah, pasar dan kantor pemerintahan.

Untuk itu, Kementerian PUPR menargetkan pembangunan 300 jembatan gantung. Pada 2018 ditargetkan 134 buah dan 166 buah jembatan pada 2019. Salah satunya adalah Jembatan Gantung Sudisari I yang berlokasi di Kabupaten Magelang. 

Kini, para pelajar tidak perlu memutar jalan sejauh lima kilometer (km) untuk berangkat ke sekolah.

Sebelumnya, Jembatan Sudisari I merupakan jembatan lama yang terputus karena lahar dingin dari Kali Pabelan dan Kali Putih pada saat Erupsi Gunung Merapi 2010 silam. 

Jembatan yang memiliki panjang 60 meter dengan lebar 1,7 meter ini menghubungkan Dusun Sudimoro, Desa Adikarto dengan Dusun Mariban, Desa Progowati di Kabupaten Magelang.  Selain pelajar, jembatan juga dirasakan betul manfaatnya oleh warga yang biasa menjual barang dagangan ke pasar atau hendak pergi ke ladang. 

Jembatan gantung lainnya di Kabupaten Magelang adalah Jembatan Mangunsuko yang kini menjadi lokasi favorit untuk swafoto sejak diresmikan 2017 lalu. Ditambah, keberadaan air terjun di sisi jembatan yang mengalir dari bangunan Sabo dan berfungsi sebagai pengendali lahar dingin pada saat terjadi letusan gunung berapi. Jembatan yang memiliki panjang 120 meter ini menghubungkan Dusun Grogol Desa Mangunsuko dengan Dusun Tutup Desa Sumber. 

Kepala BPJJN VII Semarang Ditjen Bina Marga Akhmad Cahyadi mengatakan, Kementerian PUPR melalui Ditjen Bina Marga bukan hanya membangun jembatan yang putus tapi juga memperbaiki jembatan yang sudah tidak layak dan aman seperti Jembatan Tempak di Kabupaten Magelang.

"Jembatan Tempak kita bangun kembali lebih lebar, yakni dari semula satu meter menjadi 2,66 meter dengan umur jembatan 50 tahun. Setiap tahunnya juga kita lakukan pengecekan," ujar dia.

Ia menambahkan, pembangunan jembatan juga melibatkan masyarakat lokal. Selain untuk pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat mempunyai rasa memiliki dan menjaga kondisi jembatan yang ditargetkan rampung Desember 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement