REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi memiliki jiwa pendidik. Jiwa pendidik tersebut memperoleh tujuannya, jika pemuda yang didiknya dapat memimpin negeri ini. Hal tersebut juga menjadi kebanggaan bagi akademisi.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Forum Akademisi Indonesia (FAI), Dr Indra Cahya Uno, saat menjadi pembicara di seminar nasional pendidikan bertemakan “Akademisi Memimpin Negeri” yang digelar di Aula Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Jakarta, Sabtu (24/11).
Pada seminar diselenggarakan oleh Forum Akademisi Indonesia (FAI) ini, Indra juga menyampaikan, bagi seorang akademisi jika diberikan kesempatan untuk memimpin negeri ini juga akan melakukan hal yang sama. “Bukan menjadi seorang pemimpin yang menggunakan kekuasaanya untuk kepentingan sebagian,” ujarnya dalam rilis UBSI yang diterima Republika.co.id, Ahad (25/11).
Seminar tersebut mengundang pembicara Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan; dan Menko Ekuin Presiden Gus Dur yang juga ekonom, Rizal Ramli.
Seminar ini mengupas bagaimana para akademisi memimpin negeri ini. Bagaimana lebih mengedepankan atau membudayakan kalangan akademisi baik dalam kepemimpinan nasional maupun daerah.
Dalam pemaparannya, Indra menjelaskan, bagi akademisi yang menjadi pemimpin negeri, hal tersebut bukan tujuan utamanya. “Tujuan utamanya, menjadi generasi selanjutnya menjadi generasi yang lebih baik," kata Indra.
Indra melanjutkan, seorang pemimpin hendaknya mengacu kepada data. Hal ini dapat menjadi dasar dalam merealisasikan terhadap ucapan dan kebijakan yang telah diputuskan.
"Pengacuan data ini menjadi kebiasaan bagi seorang akademisi. Karena seorang akademisi itu punya pemahaman dasar dari data yang diambil secara empiris. Secara statistik, data tersebut dapat dipertanggungjawabkan, yaitu valid dan realiable," ujarnya.
Lebih lanjut Indra mengatakan, diharapkan dengan penggunaan data tersebut memberikan kegunaan dan koralasi bagi pengambilan kebijakan yang lebih prorakyat yang kehidupan ekonominya masih lemah.
"Pada kesempatan ini saya mengajak kepada para akademisi dapat berkiprah tidak hanya memimpin pada jabatannya. Tetapi, juga memimpin dalam pikiran dan tulisannya. Baik di lingkungan akademisi maupun pada pemerintahan," kata Indra.
Menurut Pembina FAI, Naba Aji Notoseputro, tema seminar kali ini dimaksud agar pengelolaan negara nantinya banyak bersumber pada kajian akademisi. “Jangan memilih pemimpin karbitan, yang tidak tahu bagaimana mengelola negara. Hal ini penting, agar negara tidak hancur. Pilihlah pemimpin yang pola pikirnya akademis. Seminar ini penting agar pemimpin bangsa dapat memiliki pola pikir akademisi” kata Naba.
Naba mengemukakan, Anies Baswedan dipilih sebagai pembicara utama sebagai contoh faktual seorang pemimpin negeri yang berangkat dari akademisi. “Kalangan akademisi dapat berkontribusi bagi kesejahteraan bangsa. Begitu juga dengan Rizal Ramli yang berlatar belakang akademisi,” papar Naba Aji Notoseputro.