Kamis 22 Nov 2018 08:19 WIB

Warga Korban Tanah Ambles Belum Tahu Nasibnya

Ketua RT juga tidak mengetahui rencana pembangunan kembali rumah ambles

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bilal Ramadhan
Tanah longsor menimpa rumah penduduk, ilustrasi
Tanah longsor menimpa rumah penduduk, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah rumah di RT 001/08, Kelurahan Ancol Pademangan, Jakarta Utara rusak akibat tanah di atas bangunan itu ambles pada Ahad (18/11) lalu. Saat ini, warga terdampak tanah ambles tersebut mengungsi di tenda pengungsian yang tidak jauh dari rumahnya.

Seorang warga yang rumahnya rusak, Elly (52 tahun) mengatakan, tanah ambles terjadi pada Ahad (18/11) lalu. Akan tetapi, ia menceritakan, pada Sabtu (17/11) pagi jalanan depan rumahnya sudah mulai retak. Bahkan tanah di bawah pintu rumahnya telah ambles perlahan-lahan.

"Tanah di bawah pintu rumah saya ini turun, jadi renggang antara dinding pintu rumah dan tanahnya," ujar Elly ditemui Republika di tenda pengungsian, Rabu (21/11).

Sebelumnya, ia menjelaskan, ada pohon besar di pinggiran kali yang tumbang akibat hujan besar. Sehingga tanah yang ada di sekitar pohon itu ambles. Menurut Elly, separuh jalan yang lebarnya sampai enam meter di depan rumahnya ambles mengarah ke kali.

Tersisa tanah di depan rumahnya itu sekitar tiga meter yang sudah mulai retak-retak. Kemudian, pada Sabtu pagi, ia dan warga yang tinggal di pinggiran kali telah keluar dari rumah. Sebab, tanah mulai ambles mengarah ke rumah warga.

"Rumah saya satu-satunya yang masih utuh, sedangkan rumah di samping rumah saya itu sudah miring seperti orang sujud," kata dia sambil menunjukkan foto-foto kondisi rumah di ponselnya.

Ia mengaku, mengamati rumahnya yang hendak roboh tersebut dari luar sambil menitihkan air mata. Tidak ada yang bisa dilakukan Elly selain menyelamatkan diri bersama suami dan seorang putranya yang duduk di bangku kelas dua menengah atas.

Ia mengatakan, hanya membawa pakaian dan surat atau dokumen berharga. Sedangkan perabotan rumah tangga dan barang elektronik, ia tinggalkan di dalam rumah. Meski rumahnya tidak rusak seluruhnya, tetapi sampai saat ini ia tidak berani memasuki rumahnya.

"Kasur masih ada di rumah, mau ambil ke rumah takut, apalagi barang-barang juga ada di atas," tutur Elly.

Selain itu, Wati (33 tahun) mengatakan, pada Sabtu sekitar pukul 05.00 WIB, pintu rumahnya tidak bisa dibuka. Bahkan suaminya harus menggunakan gergaji untuk membuka pintu. Menurut Wati, hal itu karena tanahnya sudah bergeser.

"Saya mau buka pintu itu enggak bisa, bukanya harus digergaji," kata wanita yang memiliki dua orang putra yang berusia delapan tahun dan dua tahun ini.

Sehingga, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, keluarganya dan warga tinggal di pinggiran kali telah mengevakuasi diri sejak Sabtu. Sebagian dari mereka berlindung ke rumah sanak saudara dan yang lainnya menetap di tenda pengungsian.

Elly mengatakan, sebelum Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau lokasi, ia dan pengungsi lainnya berada di tenda yang kecil dan panas. Fasilitas umum seperti toilet umum dan air bersih pun tidak disediakan.

"Dua jam setelah kedatangan Pak Anies, baru deh tenda ini diganti, MCK (Mandi Cuci Kakus) ada, karpet, selimut dan bantuan dikasih," ujar Elly.

Baik Elly maupun Wati tidak mengetahui nasibnya setelah rumah mereka terdampak tanah amblas. Mereka mengaku belum mendengar informasi terkait pembangunan kembali rumahnya. Mereka hanya bisa menunggu di tenda pengungsian.

"Enggak tahu pembangunannya kapan, kami cuma berharap secepatnya. Karena enggak enak juga tinggal di tenda, apalagi anak-anak saya kasihan," harap Wati.

Ia berharap, selama di tenda pengungsian, pemerintah bisa terus memperhatikan para pengungsi. Saat ini, Wati menyebut butuh dapur umum, agar bisa memasak sendiri kebutuhan makan sehari-hari. Selain itu, agar suaminya bisa kembali berjualan es cendol.

Sementara itu, Ketua RT 001/08 Abdul Hadi juga mengatakan tidak mengetahui dengan pasti apakah rumah itu akan dibangun kembali atau tidak. Sebab, menurut dia, saat ini pemerintah sedang memperbaiki tanah ambles dan turap di bantaran Kali Ciliwung.

Hadi juga mengatakan, ada kemungkinan para warga terdampak tanah ambles akan direlokasi ke Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Sebab, tujuh rumah ini merupakan warga yang bertahan sejak adanya relokasi warga yang tinggal di bantaran kali pada masa jabatan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Kami belum tahu rumahnya dibangun lagi atau enggak. (Relokasi ke Marunda) Itu mungkin juga, karena tujuh rumah ini yang bertahan," kata Hadi.

Sebelumnya, Anies mengatakan, akan membangun kembali rumah warga yang terdampak tanah ambles. Anies memastikan, rumah untuk warga akan terbangun pada pertengahan Desember 2018 mendatang. Warga pun dapat tinggal kembali di tempatnya semula.

"Kita akan segera bangunkan kembali rumahnya supaya mereka bisa menempati tempat yang sama," ujar Anies saat meninjau lokasi tanah ambles pada Selasa (20/11) lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement