REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak generasi milenial untuk lebih cinta lagi dalam mengonsumsi ikan. Hal ini pun selaras denga tema Hari Ikan Nasional 2018 yaitu "Dengan Protein Ikan, Kita Membangun Bangsa".
"Yang membedakan Harkannas (Hari Ikan Nasional) tahun ini dengan tahun sebelumnya yaitu kita ingin membangun budaya makan ikan ke arah yang kekinian alias lebih modern. Makanya kami ingin melibatkan kaum milenial untuk terus menggencarkan dan mempromosikan cinta makan ikan," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Rifky Effendi Hardijanto di Jakarta, Rabu (21/11).
Harkannas pada tahun ini merupakan yang kelima kalinya. Peringatan Harkannas yang pertama adalah 21 November 2014 sesuai Keppres No 3 Tahun 2014.
Menurut Rifky, melibatkan generasi milenial adalah langkah tepat di tengah era digital seperti sekarang ini. Di mana perkembangan media massa berbasis internet dan media sosial sudah sangat menjamur di kalangan masyarakat sebagai wadah informasi yang dianggap cepat, tepat dan efisien.
Untuk bisa mengakomodasi itu, menurut Rifky, pihaknya telah menggagas yang namanya Seafood Lovers Millennial, karena berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata, 45 persen kunjungan wisata di Indonesia baik wisata dari mancanegara maupun domestik adalah wisata kuliner. Padahal, lanjutnya, hampir seluruh daerah di Indonesia mempunyai makanan khas yang berbahan baku seafood atau makanan dari perairan Nusantara.
"Kita sebagai salah satu penghasil ikan dunia. Tapi makanan yang dikenal dan diakui dunia baru rendang, nasi goreng, sate, gado-gado, soto hampir mayoritas berbahan baku daging. Nah, kami ingin mempromosikan makanan khas seafood Nusantara," ucapnya.
Ia juga berpendapat bahwa selain peningkatan membangun konsumsi ikan yang kerah kekinian, yang tidak kalah penting adalah ekspor hasil perikanan, sebagai salah satu upaya menambah devisa negara, yang berandil besar menggairahkan ekonomi bangsa. Rifky mengingatkan bahwa ada tiga komoditas produk perikanan yang saat ini menjadi primadona ekspor, yaitu udang, tuna dan patin.
Berdasarkan data yang ada, nilai ekspor hingga September 2018, udang menduduki posisi tinggi pertama yaitu sebesar 1.302 juta dolar AS, dan kedua tuna 433,6 juta dolar AS, dengan kenaikan "year-on-year" masing-masing adalah 4 persen untuk udang dan 21,9 persen untuk tuna.
"Ke depan bukan hanya udang saja, tapi tuna, dan patin akan kita tingkatkan ekspornya," ujarnya.
Rifky mengungkapkan, untuk komoditas patin, Indonesia baru meluncurkan Patin dengan brand "Indonesian Pangasius - The Better Choice" yang diluncurkan bebarengan dengan pameran SEAFEX di Dubai pada 30 Oktober 2018 lalu.
Ia mengutarakan harapannya setelah peluncuran itu, patin akan menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan yang mampu memenangkan pasar dunia.
"Pasalnya, Patin atau Indonesian Pangasius ini memiliki keunggulan yang dikembangkan dengan probiotik dan dibudidayakan dalam kolam dengan air tanah yang bersih, dan dengan kepadatan yang lebih rendah dibandingkan negara lain," ucapnya.