Senin 19 Nov 2018 17:22 WIB

Kritik Terhadap Transparansi Boeing Usai Tragedi JT 610

Boeing dinilai tidak transparan terkait potensi error pada fitur baru 737 Max 8.

Boeing
Foto: AP Photo/Mic Smith
Boeing

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu produsen pesawat terbesar dunia, The Boeing Company, dinilai tidak transparannya terkait potensi error pada fitur baru di Boeing 737 Max 8. Boeing disorot menyusul kecelakaan fatal pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610.

Presiden Direktur Aviatory Indonesia Ziva Narendra mengatakan, sebagai produsen pesawat terbesar, Boeing seharusnya memberitahukan fitur atau sistem baru kepada maskapai dan pilot jika memang teknologi baru itu memiliki kerentanan terhadap situasi tertentu. Menurut Ziva, sebaiknya penerbangan komersil Boeing 737 Max 8 ditunda terlebih dulu.

"Tapi untuk tipe 737 ini pesawatnya sudah diluncurkan duluan, harusnya dikaji lebih dalam dulu. Ini yang membuat banyak khalayak penerbangan melihat adanya kurang preventif di sini," kata Ziva, dalam keterangan yang diterima, Senin (19/10).

Produsen pesawat dari Amerika Serikat ini tengah menjadi sorotan dunia karena tidak memberitahukan berbagai maskapai mengenai sistem automated stall-prevention dalam sensor angle of attack (AOA) yang ada di Boeing 737 Max 8. Sistem pengendalian pesawat itu yang diduga menjadi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air.

Hal ini dinyatakan oleh para ahli yang ikut dalam penyelidikan jatuhnya pesawat Lion Air, baik Federal Aviation Administration (FAA), maupun para pilot di Amerika Serikat. Mereka memberikan pelatihan dan memaparkan kepada maskapai dan regulator saat peluncuran pesawat terbarunya itu, Boeing tidak mengungkapkan adanya potensi eror dari sistem tersebut. 

Ziva menuturkan, pada saat Boeing akan meluncurkan pesawat tipe 787 beberapa tahun lalu, juga pernah mengalami masalah dengan baterainya yang rentan terbakar saat mengudara dan terkena tekanan tertentu. Namun, pada saat itu Boeing akhirnya memperbaiki terlebih dulu dan menunda peluncuran komersilnya.

Seperti diketahui, sepekan setelah kecelakaan Lion Air JT 610, Boeing baru memberitahukan adanya potensi bahaya dari sistem itu melalui sebuah buletin kepada berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia yang menggunakan pesawat Max 8.

"Kami telah mengeluarkan Operations Manual Bulletin (OMB) untuk awak pesawat untuk mengatasi keadaan di mana ada input yang salah dari sensor AOA," ujar Boeing dalam pernyataan resminya.

Baca juga

Penjelasan sistem AOA

Sistem AOA  sejatinya didesain untuk membantu pilot untuk menghindari ketika menaikan hidung pesawat terlalu tinggi yang sehingga bisa menyebabkan stall. Namun, efek dari kesalahan yang mungkin terjadi dalam sistem adalah dapat membuat hidung pesawat turun secara tiba-tiba dan sangat kuat sehingga pilot tidak dapat menarik kembali bahkan ketika kemudi pesawat diterbangkan secara manual.

Dalam buletin itu, Boeing juga menyebutkan bahwa akibat efek tersebut pesawat dapat menukik turun atau jatuh. Kendati mengakui ada potensi kesalahan pada komponen sensor AOA, nyatanya Boeing tidak meminta para operator pesawat untuk melakukan inspeksi, atau melarang pengoperasian pesawat jenis MAX 8.

Boeing hanya meminta pilot, kopilot, maupun teknisi untuk mengikuti buku panduan operasional penerbangan yang diperbarui melalui penerbitan buletin tersebut. Panduan di antaranya, pilot bisa mematikan sistem otomatis yang bisa membuat pesawat menurunkan posisi hidung pesawat saat menerima indikasi stall.

Ketua Asosiasi Pilot Southwest Airlines, Jon Weak, di berbagai media di AS telah mengungkapkan bahwa, para pilot memang sebelumnya tidak diberi tahu terkait adanya fitur baru anti-stall di pesawat Boeing Max 8. Informasi tersebut juga tidak ada dalam buku manual penggunaan Max 8 dan baru pada 6 November 2018, atau sepekan setelah kecelakaan Lion Air, pihak Boeing memberitahukannya melalui buletin.

Respons KNKT

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pengakuan dari pilot pengguna Max 8 diberbagai negara tersebut akan menjadi salah satu pertimbangan pihaknya dalam melengkapi bahan investigasi. Pihaknya juga akan melakukan investigasi mulai dari proses pesawat dibuat, dikirmkan kepada maskapai, hingga pelatihan yang diberikan oleh Boeing.

"Semua program training Boeing sedang kami pelajari," katanya.

Hal senada diungkapkan regulator penerbangan Amerika Serikat, FAA. Saat ini, FAA masih menunggu hasil investigasi atas jatuhnya JT610 selesai dilakukan.

Setelah itu, barulah FAA akan meminta Boeing untuk mendesain ulang komponen maupun perangkat lunaknya jika memang diperlukan.

"Langkah lebih tegas akan diambil setelah investigasi selesai dilakukan," tulis FAA dalam pernyataannya.

Sebelumnya, pesawat Lion Air JT 610 tipe Boeing 737 Max 8 bernomor registrasi PK-LQP jatuh di perairan Tanjung Pakis, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018 setelah dilaporkan hilang kontak. Pesawat yang terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Banten) menuju Bandara Depati Amir Pangkalpinang (Bangka Belitung) itu membawa 189 orang, yang terdiri atas penumpang serta pilot dan awak pesawat.

photo
Riwayat Kecelakaan Pesawat

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement