Senin 19 Nov 2018 07:37 WIB

Setu Babakan yang Sedang ‘Bebenah’

Pantai akan dibangun di pulau yang ada di tengah situ

Rep: Farah Noersativah/ Red: Bilal Ramadhan
Wisatawan menikmati wahana perahu naga di kawasan Perkapungan  Budaya Betawi, Setu Babakan, Jakarta, Ahad (17/6).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Wisatawan menikmati wahana perahu naga di kawasan Perkapungan Budaya Betawi, Setu Babakan, Jakarta, Ahad (17/6).

REPUBLIKA.CO.ID, Hamparan air danau Setu Babakan mendamaikan suasana pagi menjelang siang hari itu. Tak sedikit masyarakat bersantai di sekitaran waduk Setu Babakan. Ada yang berjualan, ada juga yang duduk bersantai sambil menikmati pemandangan Setu.

Adapun masyarakat yang memancing di beberapa titik. Mereka mencoba peruntungan untuk mendapatkan ikan, untuk disantap sebagai kudapan di rumah mereka.

Ita Fatiha (33 tahun) sedang duduk bersantai di pinggir bantaran danau Situ Babakan, sehabis menjemput kedua putranya yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) dan juga Sekolah Dasar (SD) itu. Dia sengaja singgah sebentar, bersama dengan ibunya, Suparyah (67 tahun) untuk rehat sambil memandangi pemandangan danau Setu Babakan.

Mereka berdua adalah warga kawasan pariwisata Setu Babakan. Keduanya yang bertempat tinggal di Jalan Kramat Bambu itu nampak senang ketika Republika mencoba memberitahukan bahwa Setu Babakan akan dikembangkan menjadi kawasan pariwisata yang dikelola secara profesional.

“Saya sangat apresiasi dan senang ya, wilayah ini pada akhirnya akan dilkembangkan dan dikelola dengan baik. Karena Setu Babakan ini sangat potensial. Sekarang saja sudah ramai banget,” kata Ita kepada Republika, Selasa (13/11).

Ita menceritakan, beberapa kali lingkungan rumahnya itu telah didatangi Presiden RI Joko Widodo untuk dilakukan peresmian. Peresmian itu, kata dia, adalah tanda dimana wilayah Setu Babakan dicanangkan menjadi Perkampungan Budaya Betawi.

Menurutnya, wilayah itu semakin lama semakin ramai didatangi pengunjung. Apalagi, kata dia, bila akhir pekan mulai datang, banyak pengunjung dari luar wilayah Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan yang datang untuk sekadar nongkrong untuk menikmati pemandangan danau Setu Babakan atau memancing.

“Kalau Sabtu-Ahad, itu, di sini sudah ramai banget. Sampai padat. Enggak usah Sabtu atau Ahad deh, tapi mulai Jumat sore, di sini sudah ramai banget enggak gerak,” kata Ita.

Setu Babakan merupakan salah satu kawasan pariwisata di wilayah Jakarta Selatan. Kawasan Setu Babakan memiliki luas wilayah keseluruhan mencapai 289 hektar. Kepala Tata Usaha Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya (UPK PBB) Setu Babakan, Syaiful Amri menjelaskan, wilayah Setu Babakan dibagi menjadi dua zona.

Zona itu antara lain zona dinamis sebanyak 70 persen, dan zona statis yang merupakan wilayah berstatus milik Pemprov DKI Jakarta, seluas 30 persen. Dari zona statis itu, pengelolaannya terbagi menjadi kepengelolaan milik Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Dinas Kehutanan, dan juga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

Zona yang dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, kata dia, terbagi lagi menjadi beberapa Zona. “Zona yang pertama adalah Zona A, lalu Zona B, Zona C yang berada di tengah danau Setu Babakan, dan juga Zona Embrio, serta Zona Pengembangan,” jelas Syaiful ditemui di Gedung Museum Betawi Zona A, kawasan pariwisata Setu Babakan beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, Zona A terdiri atas beberapa gedung yaitu gedung Museum Betawi, 10 situs kehidupan Betawi, ampiteater, dan juga rumah adat. Sementara, Zona B direncanakan akan dipergunakan sebagai zona kuliner khas Betawi.

Zona C sendiri yang memiliki luas sekitar 3,2 hektar memiliki wilayah di tengah danau. Zona yang rencananya akan selesai pada Desember 2018 nanti, akan dibangun sebagai replika perkampungan Betawi. Zona Pengembangan, kata dia, akan dimanfaatkan sebagai tempat untuk membangun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Budaya Betawi.

Sementara, Zona Embrio sendiri merupakan sebuah zona yang nanti akan dimanfaatkan oleh sebuah forum Pengkajian dan Pengembangan (Jibang) sebagai pengelola perkampungan Betawi nantinya. Forum itu terdiri atas 14 tokoh Betawi yang menginisiasi adanya perkampungan Budaya Betawi.

Syaiful menerangkan, replika yang ada di Zona C nanti direncanakan akan terbagi menjadi berbagai zona Budaya Betawi. “Jadi nanti akan ada Budaya Betawi Pesisir, Budaya Betawi Tengah atau Perkotaan, dan juga Budaya Betawi Pedalaman,” kata dia.

Zona C itu, akan menggambarkan mengenai bagaimana kehidupan orang-orang Betawi tempo dulu. Dengan berbagai ciri khas dari masing-masing budaya, dia berharap akan memberikan perbedaan di setiap masing-masing zona budaya Betawi.

Saat ini, Zona C yang merupakan pulau buatan yang ada di tengah Setu sendiri, disebut oleh Syaiful telah hampir selesai. Pihaknya menargetkan, pada Desember 2018 esok, Zona C telah selesai dikerjakan.

“Nanti, pada 2019, akan dipasang bentuk landscape-nya seperti adanya pantai di zona pesisir, lalu ada bukit di zona pedalaman, dan lain-lain,” kata dia.

Kepala UPK PBB Setu Babakan Rofiqoh Mustafa mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan kembali melakukan peninjauan masterplan komprehensif pengembangan perkampungan Betawi Setu Babakan. Hal itu dimulai dengan melakukan pengkajian yang akan dilakukan pada 2019 mendatang.

“Pada masterplan komprehensif kemarin, baru berbicara mengenai zona-zona yang ada di Setu Babakan. Dengan adanya peninjauan melalui kajian, Pemprov akan melakukan pengembangan kepada seluruh wilayah seluas 289 hektar itu,” kata perempuan yang akrab disapa Iqo itu.

Iqo menilai, pengkajian itu akan segera dimulai dengan melibatkan berbagai sisi. Berbagai ahli, seperti ahli lingkungan, ahli sumber daya air, lalu berbagai pihak seperti Wali Kota Jakarta Selatan, Dinas, dan juga UPK, serta forum Jibang, akan terlibat dalam proses pengkajian.

Dia berharap, bila pada 2019 pengkajian telah selesai, maka pada 2020 pun pihaknya berharap draft masterplan bisa dimasukkan ke dalam Peraturan Gubernur (Pergub). Sehingga, pembangunan Setu Babakan secara keseluruhan pun bisa terlaksana.

Namun, pihaknya mengaku menemui sejumlah kendala. Salah satunya, selain soal sampah yang masih bertebaran adalah perihal adanya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mengelilingi waduk Setu Babakan yang semakin lama semakin banyak.

Dia menceritakan, sebelum 2015 saat Setu Babakan dikelola oleh forum Jibang, memang sudah ada PKL yang berdiri. Namun, sampai saat ini, setidaknya ada sekitar 400 PKL yang terdaftar yang ada di wilayah Setu Babakan.

“Kami arahnya memang ke sana, yaitu untuk pengelolaan penataan yang nantinya akan ditempatkan di Zona Kuliner. Kita mengupayakan untuk duduk bersama dengan warga setempat,” kata Iqo.

Dia menyebut, dalam kajian nanti, pihaknya juga akan melakukan pengkajian mengenai pembebasan lahan. Sebab, dia menyadari, hal yang patut diprioritaskan saat ini adalah kantong parkir dan juga kantong kuliner.

Selain itu, dia menilai, sekitar 400 PKL tersebut juga kemungkinan tak akan tertampung semua di wilayah Zona B yang memiliki luas sekitar 3.771 meter persegi itu. Sehingga, pihaknya menyebut telah melakukan pendekatan dan penataan secara bertahap.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Asiantoro mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mengembangkan Setu Babakan menjadi salah satu destinasi di DKI Jakarta. Hal itu diwujudkan dengan pengembanan replika Perkampungan Budaya Betawi pada Zona C yang saat ini hampir selesai.

“Zona C itu hampir selesai, tinggal landscape saja pada 2019 mendatang. Perkampungan Budaya Betawi bisa segera diwujudkan di DKI Jakarta,” kata Asiantoro.

Dia mengatakan, pihaknya telah menganggarkan sebanyak sekitar Rp 15 miliar untuk pembangunan replika perkampungan Betawi di Zona C. Nantinya, pihaknya juga akan menganggarkan beberapa pembangunan lagi, namun, pihaknya masih belum bisa memprediksi berapa jumlah anggarannya.

Terkait dengan PKL, Asiantoro berpendapat seharusnya perlu ada ketegasan untuk mencegah adanya PKL di wilayah danau Setu Babakan. Hal itu mencegah agar PKL yang ada di sana, tak bertambah banyak dan lingkungannya tertata dengan baik meskipun Zona Kuliner masih akan dilakukan pembangunan.

Sementara, dia optimistis, pembangunan Zona C akan selesai tepat waktu yaitu pada 2019 esok, dan pengkajian juga bisa dilakukan setahun penuh. Sehingga, pada 2020, draft masterplan pun bisa segera dimasukkan ke dalam Pergub.

“Saya optimistis, Zona C akan selesai pada 2019, dan 2020 draft //masterplan// akan selesai,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement