REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk pertama kalinya mengukuhkan tujuh insinyur baru. Gelaran yudisium profesi Insinyur ini diselenggarakan di Gedung Kuliah Bersama 4 (GKB IV), UMM, Sabtu (17/11).
“Di Jawa Timur ini baru pertama kali ada yudisium pengambilan sumpah Insinyur. Kalau di Indonesia itu pertama UGM, kedua baru UMM,” kata Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Jawa Timur, Profesor Mohammad Bisri.
Menurut Bisri, di Indonesia gelar Insinyur sangat sedikit. Dari sekitar 20-an ribu anggota PII, hanya 4.300 orang yang bergelar Insinyur. Untuk itu, ia menginginkan agar program Insinyur ini harus dipercepat.
"Karena kalau di sarjana teknik, kalau mau jadi insinyur harus menunggu dua tahun. Maka tidak heran jika pesertanya sedikit,” ujar Bisri melalui keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (17/11).
Selain itu, Bisri juga berharap penyelenggaraan desain besar untuk jaminan lapangan pekerjaan bagi para sarjana. Menurutnya, harus ada data statistik yang jelas terkait keterbutuhan sarjana dan insinyur di pemerintah dan perusahaan. Dengan demikian, perguruan tinggi bisa menyiapkan kebutuhan tersebut ke depannya.
“Banyak sekali lulusan yang tidak tepat sasaran karena ketidakjelasan peluang. Kita ngoyo-ngoyo menyiapkan mahasiswa agar bisa membangun negeri di bidangnya, anak teknik ketika lulus malah jualan pakaian, ini kan sia-sia,” kata dia.
Seperti diketahui, Peraturan Menristekdikti Nomor 35 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Program Studi insinyur memberikan mandat kepada 40 Perguruan Tinggi se-Indonesia untuk membuka PSPPI termasuk UMM. Melalui proses perkuliahan, mahasiswa PSPPI berhak menyandang gelar Insinyur atau “Ir.”.
Setelah mendapat gelar Ir., mereka dapat mengisi portofolio dan ujian yang diselenggarakan PII Pusat untuk mendapatkan gelar insinyur profesional pratama, insinyur profesional madya, dan insinyur profesional utama. Selanjutnya, mereka diharapkan dapat bersaing dengan tenaga asing.