REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat kubah lava baru Gunung Merapi yang terbentuk sejak 11 Agustus hingga saat ini masih tumbuh. Kendati demikain laju pertumbuhannya masih rendah.
"Berdasarkan hasil pengamatan kubah lava melalui stasiun CCTV di puncak Gunung Merapi selama 9-15 November, kubah lava masih tumbuh dan stabil," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida saat dikonfirmasi di Yogyakarta, Sabtu (17/11).
Hanik mengemukakan berdasarkan analisis morfologi puncak Merapi per 14 November, volume kubah lava tercatat 290.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan setiap hari rata-rata 2.400 meter kubik. "Pertumbuhannya lebih rendah dari minggu sebelumnya," kata dia.
Beradasarkan pengamatan pada 7 November volume kubah lava Gunung Merapi tercatat 273 ribu meter kubik dengan laju pertumbuhan rata-rata 3.500 meter kubik per hari. Kemunculan kubah lava tersebut menandai fase erupsi magmatik Gunung Merapi, yang dimulai dengan erupsi yang cenderung efusif atau bersifat lelehan.
BPPTKG Yogyakarta juga memantau aktivitas kegempaan Gunung Merapi, mencatat 46 kali gempa Hembusan (DG), satu kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 19 kali gempa Fase Banyak (MP), 302 kali gempa Guguran (RF), 28 kali gempa Low Frekuensi (LF) dan enam kali gempa Tektonik (TT).
"Kegempaan hembusan, gempa fase banyak dan gempa guguran pada minggu ini lebih tinggi dari minggu sebelumnya," kata Hanik.
Berdasarkan data aktivitas vulkanik Merapi tersebut, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau waspada.
Kegiatan pendakian Gununng Merapi untuk sementara tidak direkomendasikan oleh BPPTKG, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.
"Radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi agar dikosongkan dari aktivitas penduduk. Masyarakat yang tinggal di KRB lll mohon meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi," kata Hanik.