Selasa 13 Nov 2018 23:17 WIB

27 Persen Tanggul Bengawan Solo Rusak

Sungai Bengawan Solo memiliki total tanggul sepanjang 310 kilometer.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi nelayan menjala ikan di Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Foto: Antara/Aguk Sudarmojo
Ilustrasi nelayan menjala ikan di Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Sebanyak 27 persen tanggul Sungai Bengawan Solo dinyatakan rusak sedang. Sungai Bengawan Solo memiliki total tanggul sepanjang 310 kilometer.

Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) Nova Norma Siraya, mengatakan, BBWSBS telah menghitung kondisi tanggul di sepanjang Sungai Bengawan Solo. Tanggul yang kondisinya kurang baik dipetakan sekitar 27 persen dari total panjang tanggul.

"Tanggul yang rusak itu kebanyakan tanggul tanah yang sudah tua," kata Nova kepada wartawan di sela-sela kegiatan praktek lapangan petugas OP Sungai di tepi Sungai Bengawan Solo, Selasa (13/11).

Kerusakan tanggul tersebut diperkirakan karena digunakan untuk kegiatan-kegiatan seperti dibuat pemukiman dan ditanam tumbuhan. Selanjutnya, tanggul yang rusak tersebut akan diperbaiki oleh BBWSBS dan dikembalikan lagi ke kondisi semula. Sedangkan tanggul yang rusak parah sekarang sudah diganti. Misalnya tanggul di Kota Solo sudah diganti dengan parapet. Pembangunan parapet di Solo direncanakan selesai tahun ini.

Menurutnya, tanggul di sepanjang Sungai Bengawan Solo kebanyakan tanggul tanah. BBWSBS membangun tanggul tanah di lokasi yang permukimannya belum terlalu padat. Selain juga karena harganya tidak terlalu mahal. Tanggul-tanggul tersebut kebanyakan dibangun tahun 1970- 1980.

"Tapi jumlah penduduk semakin banyak yang tinggal di sekitar tanggul dan tanggul ditanami tanaman itu yang merusak tanggul," imbuhnya.

Meskipun sepanjang sungai sebagian besar sudah ditanggul, namun ada kondisi yang tebing sungainya rendah dan belum bertanggul. Hal tersebut perlu diantisipasi, khususnya karena telah memasuki musim hujan.

Di sisi lain, dalam menghadapi musim hujan, BBWSBS telah membentuk satuan tugas (satgas) banjir yang berada di bagian hulu, Madiun dan hilir sungai. Hilir sungai mencakup wilayah Bojonegoro. BBWSBS menyiapkan bahan untuk mengantisipasi banjir, pompa-pompa dan alat berat.

"Kalau ada hal-hal yang kritis kami bisa mobilisasi segera," ujarnya.

Dia menilai, saat musim hujan wilayah hilir lebih rawan banjir. Sebab, secara topografi wilayah hilir lebih datar. Banjir tersebut lebih pada genangan karena Sungai Bengawan Solo lebih tinggi. Selain itu, diperkirakan karena drainase kota kurang bagus sehingga air tidak bisa keluar dan mengakibatkan genangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement