Selasa 13 Nov 2018 12:33 WIB

Jumlah Perokok Pemula Terus Meningkat

Iklan rokok di beragam media berlimpah.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Ani Nursalikah
Pelajar SMP menurunkan iklan rokok di warung-warung di dekat sekolah, Jakarta Selatan. (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pelajar SMP menurunkan iklan rokok di warung-warung di dekat sekolah, Jakarta Selatan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Nina Mutmainnah Armando mengatakan, industri rokok gencar melakukan promosi menggunakan beragam media, baik media lama maupun media baru secara bersamaan.

"Pesan yang dibawanya sangat memikat. Tujuannya jelas untuk menjangkau lebih banyak para calon perokok pemula, yaitu anak-anak dan kaum muda," kata Nina saat diskusi publik bertajuk “Membongkar Strategi Industri Rokok Membidik Anak dan Kaum Muda” dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Selasa (13/11).

Sementara itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) menargetkan pada 2019 prevalensi perokok anak harus turun sampai dengan 5,4 persen. Hal tersebut kontras dengan berlimpahnya iklan rokok di beragam media. Data pengawasan BPOM terhadap iklan rokok menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

"Pada 2014 BPOM mengawasi 51.630 iklan rokok di berbagai media, pada 2015 meningkat menjadi 69.244, dan 2016 meningkat menjadi 85.815 iklan rokok," ujar dia.

Anak-anak yang terpapar iklan, promosi, dan sponsor rokok di berbagai media akan terpengaruh cara pandangnya terhadap produk rokok yang sesungguhnya membahayakan kesehatan dan tumbuh kembangnya. Psikolog klinis, Liza M Djaprie, menyatakan anak-anak sangat reseptif, alam berpikirnya seperti spons, menyerap semua informasi tanpa disaring dan sangat mudah sekali untuk disugesti.

"Jika seorang anak terus terpapar oleh iklan rokok yang disajikan secara menarik, ditambah lagi dengan informasi betapa murahnya harga rokok, maka anak akan menormalisasi produk rokok. Dengan demikian anak memiliki potensi lebih besar untuk menjadi konsumen rokok di masa depan," kata Liza dalam pernyataan.

Ketua Lentera Anak, Lisda Sundari menilai pemerintah tidak cukup serius, faktanya tidak ada kenaikan cukai rokok pada 2019 oleh kementerian keuangan. “Hal ini akan semakin membuat anak-anak mudah menjangkau rokok, karena harganya murah," kata Risda .

Menurutnya, apa yang ditargetkan oleh pemerintah pada 2019 nanti akan sulit dicapai, ditambah minimnya regulasi atas iklan, promosi, dan sponsor rokok. "Dengan kondisi demikian, tampaknya sulit bagi pemerintah untuk mencapai target RPJM pada 2019," kata Risda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement