Selasa 13 Nov 2018 09:36 WIB

Sertifikasi Halal dan Potensi Wisata Halal Indonesia

Pasar wisata halal global dan nasional terus berkembang pesat.

Ilustrasi Wisata Halal
Foto:

Mengutip Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018, Riyanto menjelaskan, pada 2020, diperkirakan akan ada 158 juta pelancong Muslim yang menjadi pasar wisata halal. Jumlah ini meningkat 30 persen sejak 2016.

Pada 2026, total pembelanjaan pelancong Muslim diperkirakan mencapai 300 miliar dolar AS, dua kali lipat lebih besar dari volume satu dekade ini. "Yang secara khusus juga ada, seperti memasarkan di tiga kota Muslim di Cina, halal ekspo setiap tahun, banyak jalur-jalur yang kami masuki," kata Riyanto.

Industri pariwisata halal global memiliki potensi yang sangat besar, dengan kapitalisasi pasar sebesar 1,3 triliun dolar AS. Namun, potensi yang besar ini belum banyak dilirik oleh praktisi wisata di Indonesia.

Sekjen Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Imaduddin Indrissobir, menjelaskan dari kapitalisasi pasar sebesar 1,3 triliun dolar AS, sebanyak 151 miliar dolar AS didorong dari pasar negara-negara Muslim. Angka tersebut di luar umrah dan haji yang sebesar 17 miliar dolar AS. Jumlah ini hampir setara dengan pasar Cina yang sebesar 168 miliar dolar AS, menurut data Thompson Reuters.

Perkembangan wisata halal di Indonesia bergantung pada beberapa hal. Pertama, konektivitas terutama bandara dengan destinasi- destinasi wisata. Meskipun memiliki destinasi wisata bagus, sulitnya aksesibilitas akan mempengaruhi minat para wisatawan untuk datang kesana.

Kedua, fasilitas seperti restoran halal dan mushala atau masjid. Untuk Indonesia dengan ribuan masjid, ini tidak menjadi persoalan. Namun untuk restoran halal perlu sertifikasi halal untuk meyakinkan para wisatawan Muslim mancanegara. "Karena mereka belum merasa aman kalau tidak ada sertifikasi halal," ujarnya.

Secara umum, pasar pariwisata halal memang masih dalam tahap berkembang. Pelaku pasar pun tersebar dan masih berjalan sendiri-sendiri. Berbeda dengan pariwisata umum yang fondasinya sudah kokoh.

Dari laporan Global Islamic Economy 2018-2019, lima negara mayoritas Muslim dengan belanja terbesar untuk melancong yakni Saudi (21 miliar dolar AS), Uni Emirat Arab (16 miliar dolar AS), Qatar (13 miliar dolar AS), Kuwait (10 miliar dolar AS), dan Indonesia (10 miliar dolar AS).

Pada 2018, Indonesia berhasil menempati posisi kedua sebagai destinasi wisata halal terbaik, dan dengan pasar wisata muslim terbesar di dunia dari 130 destinasi. Lombok, Nusa Tenggara Barat, telah menjadi destinasi wisata halal. Bahkan Lombok meraih predikat sebagai destinasi wisata paling top sedunia pada 2015 dan 2016 dari World Halal Travel Awards.

(ed: fuji pratiwi)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement