REPUBLIKA.CO.ID, DONGGALA -- Sejumlah petani di Donggala, Sulawesi Tengah, sulit bertani kembali pascabencana gempa dan tsunami menimpa daerah itu. Mereka kekurangan alat pengolahan lahan pertanian.
''Kami tidak lagi memiliki hand tractor untuk kembali bertani,'' kata Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Tanjung Padang, Kecamatan Sirenja, Moh Rum Yojolome, seperti dikutip Antara, Senin.
Rum mengatakan alat pertanian seperti hand tractor tidak bisa lagi dioperasikan kerena rusak ditimpa bangunan akibat bencana gempa dan tsunami. Desa Tanjung Padang menjadi salah satu wilayah terdampak gempa dan tsunami yang cukup parah. Banyak rumah warga yang rusak dihantam tsunami, termasuk sawah dan sarana penunjang kegiatan bertani warga turut rusak karena bencana itu.
Rum mengatakan saat ini petani masih berhitung untuk mengolah sawah, karena terkendala dengan tidak adanya hand tractor yang bisa digunakan. Hand tractor yang ada sudah rusak.
''Secara umum itu hambatan utama petani di Kecamatan Sirenja, sehingga keinginan untuk kembali turun ke sawah masih menunggu respons dari pemerintah daerah,'' katanya. ''Harapannya bisa segera disahuti.''
Anggota DPRD Sulawesi Tengah, Muh Masykur, mengatakan Pemerintah Kabupaten Donggala diharapkan dapat segera menjawab desakan petani. ''Jangan sampai kesediaan petani untuk bangkit keluar dari situasi duka bencana selangkah lebih maju dibanding kesiapan Pemkab Donggala menjalankan program pemulihan secara bertahap,'' ujar Masykur.
Terkait bantuan alat mesin pertanian (alsintan), Masykur mendesak Pemkab Donggala, melalui dinas terkait untuk segera melakukan percepatan realisasi pelaksanaan program. ''Memang kondisinya memaksa kita melaksanakan hal tersebut. Ini demi kemaslahatan warga,'' kata Ketua Fraksi Nasdem di DPRD Sulteng itu.