Senin 12 Nov 2018 18:08 WIB

Ternyata CVR Lion tak Terdeteksi Bukan karena Lumpur

Ada kemungkinan pinker CVR ikut rusak pada saat pesawat jatuh.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas memindahkan turbin pesawat Lion Air JT 610 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Petugas memindahkan turbin pesawat Lion Air JT 610 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (7/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, menyatakan, tak terdeteksinya sinyal pinker kotak hitam cockpit voice recorder (CVR) pesawat Lion Air PK-LQP bukan karena tertutup lumpur. Hal itu telah dibuktikan melalui simulasi yang dilakukan oleh KNKT dan pihak-pihak terkait.

"Kami kemarin sampai mengadakan simulasi, ada satu pinker kita ikat di pipa, kita masukkan dalam lumpur. Terus kita coba dengarkan dan ternyata masih bisa terdeteksi," ujar Soerjanto di Kantor Kementerian Perhubungan, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (12/11).

Karena itu, lanjut dia, asumsi selama ini yang menyatakan kemungkinan masuknya CVR ke dalam lumpur membuat pinker-nya tidak bekerja, sudah terpatahkan. Menurutnya, jika saat ini pinker tidak bekerja atau tak terdeteksi, kemungkinan ikut mengalami kerusakan saat pesawat mengalami kecelakaan.

"Atau sudah ada leak, sehingga pada saat pertama masih kita bisa dengar, lama-lama melemah, terus sekarang hilang," katanya.

Baca juga,  Dokter Ini Sempat Kirim Foto di Pesawat Lion Air yang Jatuh.

Sebelumnya, KNKT menyatakan akan tetap mencari kotak hitam Lion Air meskipun telah dilakukan penghentian secara resmi operasi SAR kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610.

Soerdjanto memberikan apresiasi dan komitmen untuk terus menjalin komunikasi, koordinasi, dan tetap bersatu padu untuk tugas-tugas negara yang lain.

Dia mengatakan, KNKT pada Jumat lalu sudah mengoperasikan pinker finder yang lebih mutakhir dan paling sensitif. "Pinker finder ini sudah kita on boat-kan, namun sampai hari ini kami masih belum bisa menemukan posisi CVR atau black box yang satu lagi," jelas dia.

Menurutnya, KNKT akan menggunakan beberapa kapal yang dilengkapi dengan Remotely Operated Underwater Vehicle (ROV) atau alat pendeteksi logam yang lebih besar lebih canggih serta terdapat empat kamera dan pada ROV juga akan ada side scan sonar.

"Yang paling penting di sini ada equipment baru yang on boat-kan di ROV, yaitu sub-bottom proviling yang bisa mendeteksi benda-benda di dalam lumpur sampai kedalaman empat meter," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement