Senin 12 Nov 2018 17:22 WIB

Sigma: Strategi Kampanye Demokrat Cerdik, Tetapi Juga Rawan

Sigma menilai strategi kampanye Demokrat rawan mendapat serangan lawan.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Bayu Hermawan
Koordinator Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin
Foto: bawaslu.go.id
Koordinator Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Sinergi masyarakat untuk demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin menilai, arahan Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) agar calon anggota legislatif (caleg) dari Demokrat mengkampanyekan prestasi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tergolong cerdik. Namun disisi lain, strategi itu rawan mendapatkan serangan lawan.

"Strategi yang diformulasikan oleh Partai Demokrat itu sebetulnya bagus," kata Said dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Senin (12/11).

Namun demikian, tambah dia, sekalipun strategi Kampanye Demokrat terbilang cerdik, tetapi gagasan itu memiliki celah yang bisa digunakan oleh pihak lain untuk membenturkan Demokrat dengan Prabowo. "Publik tentu masih ingat, selama 10 tahun kepemimpiman SBY, Prabowo dan Gerindra secara konsisten mengambil peran sebagai oposisi. Jejak digital yang menggambarkan Prabowo dan Gerindra pernah menampik program-program SBY masih sangat mudah ditemukan," jelasnya.

Said melanjutkan, ketika Demokrat kini hendak menjual pencapaian SBY, perbedaan pandangan yang pernah mengemuka diantara SBY dan Prabowo atau Demokrat dan Gerindra bisa saja di 'blow up' kembali oleh pihak-pihak tertentu untuk membenturkan teman sekoalisi itu.

"Tetapi hal tersebut saya kira bukan menjadi persoalan besar, sebab dalam iklim pragmatisme politik saat ini, problem semisal itu juga dialami oleh banyak partai yang lain: dulu lawan, sekarang teman, atau sebaliknya," ujar Said.

Menurutnya, jika sejak awal pembentukan koalisi, parpol-parpol yang membangun kesepakatan untuk mendukung capres-cawapres juga menyepakati format kerjasama politik untuk Pileg, maka strategi yang dirumuskan oleh Demokrat itu sebetulnya menjadi tidak perlu.

"Oleh sebab itu, pengalaman pertama di Pemilu serentak 2019 ini saya kira penting untuk dijadikan pelajaran oleh partai-partai politik untuk memperbaiki format kerjasama politik mereka di Pilpres, sekaligus di Pileg. Kalau Pemilu-nya serentak, kerjasamanya juga tentu perlu dilakukan serempak untuk dua Pemilu," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement