Senin 12 Nov 2018 16:00 WIB

LSI: Partai di Luar PDIP dan Gerindra Harus Solid

Parpol yang kadernya diusung menjadi capres terkena dampak efek ekor jas.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Muhammad Hafil
Peneliti LSI Adjie Alfaraby menyampaikan survei Berubahnya Dukungan Partai Politik Menjelang 2019 di Kantor LSI, Jakarta Timur, Rabu (12/9).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Peneliti LSI Adjie Alfaraby menyampaikan survei Berubahnya Dukungan Partai Politik Menjelang 2019 di Kantor LSI, Jakarta Timur, Rabu (12/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby tidak menampik adanya kenaikan suara yang signifikan pada partai PDIP dan Gerindra dibandingkan partai-partai lainnya dalam survei yang dilakukan LSI bulan lalu. Salah satu faktornya adalah coattail effect atau efek ekor jas dari calon presiden (capres) yang diusung masing-masing partai.

"Karena kalau kita lihat di koalisi Jokowi, memang PDIP yang paling banyak mendapat efektoral dari Jokowi. Begitu pun di koalisi Prabowo, kita juga melihat Gerindra yang paling banyak dapat keuntungan secara efektoral," ujar Adjie saat dihubungi Republika.co.id, Senin (12/11).

Menurutnya, ada dua faktor yang menjadi penyebab kedua partai politik tersebut lebih unggul dibandingkan dengan partai-partai lain yang berada dalam koalisi masing-masing. Faktor pertama adalah karena pemberitaan saat ini, baik di media sosial maupun media konvensional mayoritas berisi informasi mengenai pilpres. Sehingga berita mengenai pemilihan legislatif (pileg) menjadi tertutupi.

"Hal ini membuat image partai, program partai jadi kurang keliatan, yang menonjol ke publik justru lebih besar berita-berita soal pilpres," imbuhnya.

Faktor yang kedua adalah asosiasi. Adjie mengatakan, faktor asosiasi menjadi penting karena yang mendapat coattail effect adalah partai-partai yang mempunyai asosiasi kuat terhadap capres dan cawapres.

"Kenapa Gerindra dapat keuntungan secara efektoral? Karena Gerindra diasosiasikan dengan Prabowo-Sandi. Jadi kuat sekali asosiasinya," paparnya.

Sehingga, Adjie melanjutkan, ketika publik berbicara mengenai partai Gerindra, maka ada sosok Prabowo-Sandi yang melekat atau sebaliknya. Begitu juga efek asosiasi PDIP terhadap Jokowi yang begitu kuat.

Adjie juga menambahkan, tidak ada yang salah dengan bentuk koalisi partai saat ini. Hanya saja letak permasalahannya adalah karena perhatian media dan publik yang sebagian besar tersedot pada pilpres. Sehingga informasi mengenai pileg menjadi tertutupi.

Namun, ia menyebutkan, ada beberapa solusi yang bisa dilakukan oleh partai-partai di luar PDIP dan Gerindra untuk mendapatkan suara lebih banyak. Pertama mesin partai harus solid untuk menjangkau pemilih di daerah pemilihan (dapil) masing-masing. Kedua, pengaruh calon legislatif (caleg) itu sendiri terhadap partai yang mengusungnya.

"Dua faktor ini masih bisa jadi satu potensi untuk partai agar bisa mengambil suara. Kalau berharap dari efek capres, memang nampaknya sulit ya," tutup Adjie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement