Senin 12 Nov 2018 10:28 WIB

Kelor Diharapkan Bisa Bantu Bebaskan Stunting di NTT

Kelor mengandung nutrisi tinggi dan kelor NTT disebut paling hebat setelah Spanyol.

Daun kelor
Foto: flickr
Daun kelor

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Josef Nae Soi mengaku optimistis gerakan konsumsi kelor yang sedang digalakkan pemerintah setempat akan membebaskan daerah itu dari persoalan stunting. Konsumsi kelor jadi langkah yang ditempuh pemprov NTT sebagai akibat masalah gizi kronis di wilayah itu.

"Kelor itu mengandung nutrisi tinggi dan kelor Nusa Tenggara Timur disebut paling hebat setelah itu baru kelor di Spanyol," katanya kepada wartawan di Kupang, Senin (12/11) usai memimpin upacara peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-53.

Baca Juga

Ia mengemukakan hal itu berkaitan dengan penanganan masalah stunting (kekerdilan) dan gizi buruk yang sering kali melanda masyarakat di Provinsi NTT. Menurutnya, wilayah provinsi berbasiskan kepulauan ini telah dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa. Salah satunya berupa tanam kelor dengan kandungan gizi yang sangat tinggi. "Ini luar biasa, Tuhan sudah kasih kita kelor yang luar biasa yang bisa kita manfaatkan untuk membebaskan daerah kita dari masalah gizi buruk," katanya.

Yosef Nae Soi bersama Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat memiliki salah satu program unggulan pengembangan kelor secara besar-besaran melalui gerakan "revolusi hijau". Pemerintah provinsi ini menargetkan jumlah pohon kelor yang akan ditanam selama lima tahun ke depan mencapai sebanyak 50 juta pohon.

Untuk itu, Dinas Pertanian Provinsi NTT akan mengembangkannya melalui dua klaster yakni daun kering untuk kebutuhan industri. Kemudian ada klaster daun segar dan biji untuk konsumsi dalam rangka meningkatkan gizi masyarakat.

Pengembangan klaster daun kering dilakukan melalui lahan atau demplot yang telah disiapkan pemerintah. Sementara klaster daun segar dan biji cara tanaman lorong (alley cropping) yang ditanam di pematang maupun teras milik masyarakat.

Dalam konteks itu, Nae Soi juga meminta dukungan media massa setempat untuk terus menggerakkan masyarakat agar secara rutin mengonsumsi kelor dalam perbaikan gizi. "Mari kita semua makan kelor, kelor itu nutrisi paling tinggi di dunia dan kita di Nusa Tenggara Timur sudah memiliki sumber daya alam yang luar biasa ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement