Jumat 09 Nov 2018 18:31 WIB

Jokowi Singgung Politik Genderuwo

Politik harus disambut gembira oleh masyarakat bukan menakut-nakuti.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo saat meresmikan jalan tol Pejagan-Pemalang dan Pemalang-Batang, Jumat (9/11).
Foto: dok. Biro Pers Setpres
Presiden Joko Widodo saat meresmikan jalan tol Pejagan-Pemalang dan Pemalang-Batang, Jumat (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan politik dan pesta demokrasi semestinya disambut rasa gembira oleh masyarakat Indonesia. Bukan memunculkan rasa takut di masyarakat. Sebab dengan kegembiraan itu, menurut Jokowi masyarakat dapat memberikan suaranya secara jernih dan rasional bagi pemimpin yang dirasa tepat memimpin Indonesia.

Kegembiraan demokrasi ini tentu hanya dapat dicapai dengan cara-cara yang sesuai dengan kesantunan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Presiden berharap politik jangan dibiarkan berjalan dengan menihilkan etika.

Baca juga

"Kita harus mengarahkan kematangan dan kedewasaan berpolitik dengan cara-cara seperti itu (santun). Oleh sebab itu, sering saya sampaikan: hijrah dari ujaran kebencian kepada ujaran kebenaran, hijrah dari pesimisme kepada optimisme, hijrah dari kegaduhan ke kerukunan dan persatuan," ujar Presiden.

Pernyataan Presiden tersebut disampaikan selepas meresmikan jalan tol Pejagan-Pemalang dan Pemalang-Batang di Kabupaten Tegal pada Jumat, (9/11). Dalam acara sebelumnya di Gelanggang Olahraga Tri Sanja, Kepala Negara sempat menyinggung soal kesantunan yang dirasa menghilang dari sejumlah perilaku berpolitik.

Ia melihat bahwa sekarang ini banyak politikus yang pandai memengaruhi masyarakat. Namun, yang amat disayangkan olehnya, para pelaku politik cenderung tidak memandang etika berpolitik dan keberadaban.

"Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan dan kekhawatiran. Setelah takut, yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Masyarakat emang digiring untuk ke sana. Dan yang ketiga, masyarakat akan menjadi ragu-ragu," ucapnya.

Presiden memiliki satu istilah khusus untuk menggambarkan perilaku berpolitik tak beretika yang menebar ketakutan dan kekhawatiran di tengah masyarakat. Berangkat dari mitos Jawa mengenai makhluk halus, dirinya menyebut hal itu sebagai "politik genderuwo", politik yang menakut-nakuti.

"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Itu namanya politik genderuwo, menakut-nakuti," tuturnya.

Presiden berharap agar cara-cara berpolitik serupa itu segera ditanggalkan. Sudah selayaknya bagi masyarakat untuk memperoleh contoh politik yang baik dan menghadirkan kegembiraan pesta demokrasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement