Jumat 09 Nov 2018 19:27 WIB

Pengungsi Gempa Lombok Jual Durian di Depan Pengungsian

Saat ini di Lombok sedang musim durian.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ani Nursalikah
Warga terdampak gempa berjualan durian di depan lokasi pengungsian di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Jumat (9/11).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Warga terdampak gempa berjualan durian di depan lokasi pengungsian di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Jumat (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Para pedagang durian mudah dijumpai di sejumlah wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), saat-saat ini. Hal ini lantaran sedang musim panen di Lombok.

Di sepanjang jalur Jalan Raya Mataram ke Tanjung, Lombok Utara, pengendara akan menemui banyak pedagang durian, termasuk di depan lokasi pengungsian di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, NTB. Warga terdampak gempa yang masih tinggal di tenda pengungsian memilih berjualan durian di sepanjang jalan raya tersebut.

Baca Juga

Munawarah (48 tahun) salah satunya. Ia sudah beberapa hari terakhir berjualan durian. Munawarah mengatakan, sengaja berjualan durian untuk menafkahi anak-anaknya. Sejak gempa, roda perekonomian dia dan suami yang sehari-hari bekerja di perkebunan terganggu.

photo
Warga terdampak gempa berjualan durian di depan lokasi pengungsian di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Jumat (9/11).

"Ini durian saya beli karena lagi musim di sini, dan saya jual lagi di sini," ujar Munawarah kepada Republika.co.id di Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Jumat (9/11).

Dia bersyukur durian yang dijual cukup laris. Ia berharap hal ini terus berlanjut. Ia mulai berjualan sejak pukul 12.00 Wita hingga malam hari. Setelah berjualan, dia kembali lagi ke hunian sementara (huntara) bersama suami dan anak-anaknya.

"Ya setelah jualan kembali lagi ke huntara, karena mau pulang juga rumah tidak ada karena sudah rusak semua," katanya.

Munawarah melanjutkan, warga terdampak gempa kini cemas dengan musim hujan lantaran lokasi pengungsian kerap tergenang air. "Air masuk ke huntara, kita pakai dipan biar kasurnya tidak basah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement