Jumat 09 Nov 2018 05:28 WIB

'Alhamdulillah Hujan, Berkah.. Berkah...'

Semenjak bencana 28 September langit Palu belum menunjukkan tanda-tanda turun hujan.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Andi Nur Aminah
Hujan
Hujan

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Tak terasa sudah satu bulan lebih Palu, Sigi, Donggala dan beberapa wilayah lain di Sulawesi Tengah berusaha bangkit setelah diterjang bencana pada akhir September lalu. Meski kini keadaan sudah mulai berangsur normal, namun reruntuhan bangunan paska gempa, tsunami dan likuifaksi masih banyak ditemui.

Bukan hanya itu, sudah beberapa pekan belakangan, hujan tak membasahi Palu dan sekitarnya. Hal ini bukan saja menyebabkan gangguan pernafasan, karena banyaknya debu yang beterbangan, tapi juga kekeringan di beberapa wilayah.

Salah satu warga Palu, Haris mengatakan, semenjak terjadinya bencana pada 28 September lalu, langit Palu belum menunjukkan tanda-tanda turunnya hujan. Hal ini menyebabkan sulitnya warga mendapatkan air bersih. “Selama sebulan ini, Palu hanya punya dua cuaca, panas dan panas sekali,” kata dia sambil dibarengi tawa.

Berbeda dengan hari ini, Kamis (8/11). Matahari sejak pagi enggan menampakkan diri, meski tetap dibarengi hawa panas yang menyengat tubuh. Namun lambat tapi pasti, langit mulai menggelap, rintik-rintik air mulai turun.

Senyum riang anak-anak yang tengah berkumpul di tanah lapang di Desa Maku, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah tak dapat terbendung. Gelak tawa terdengar nyaring dari sekumpulan anak yang saling kejar-mengejar dengan pakaian yang hampir basah kuyup.

Ibu-ibu yang juga berada di tempat yang sama, seolah tak tega menghentikan kegembiraan anak-anak mereka menikmati gemericik hujan. Bibir mereka terlihat tak henti mengucap syukur, seolah salah satu beban telah terangkat dari bahu. “Alhamdulillah hujan, berkah.. berkah..,” ujar Wati, salah satu warga Kabupaten Sigi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement