REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Sebanyak 200 peserta kelas Ibu Hamil Tahun 2018 mengikuti prosesi wisuda di Pendhapi Gede Balai Kota Solo, Jawa Tengah. Para peserta tersebut dinyatakan lulus mengikuti kelas ibu hamil.
Sebagian dari peserta tersebut telah melahirkan dan sebagian lagi masih hamil besar. Hal itu disebabkan, saat mengikuti kelas ibu hamil, usia kehamilan peserta berbeda-beda.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan latar belakang kelas ibu hamil tersebut dikarenakan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Diharapkan AKB menurun dari 34 pada 2015 menjadi 23, AKI menurun dari 109 menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2017.
Upaya percepatan penurunan AKI tersebut harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu. Di mana 90 persen terjadi kematian pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yakni perdarahan (28 persen) eklampsia (24 persen), infeksi (11 persen), komplikasi peuperium delapan persen, partus macet lima persen, trauma obstetric lima persen, emboll persen persen, dan lain-lain 11 persen (SKRT 2001).
Ia menjelaskan, kondisi di Solo AKI 72,28 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2017 terjadi kenaikan dibanding 2016 yakni 40,55 per 100 ribu kelahiran hidup. "Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor risiko keberlambatan (tiga terlambat), di antaranya terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat memperoleh pelayanan persalinan dan tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan dalam keadaan emergensi," terangnya.
Karenanya, perlu dilakukan berbagai upaya, salah satunya memberikan dukungan dan penghargaan kepada ibu hamil se-Kota Solo dengan mengikuti Wisuda Kelas Ibu Hamil. Setiap tahun, prosesi wisuda kelas ibu hamil dibarengkan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional.
Ning, sapaan akrabnya, menambahkan, Kelas Ibu Hamil dilaksanakan mulai Januari. Kelas tersebut memberikan materi antara lain, asupan makanan saat hamil, penanganan saat terjadi kelainan kehamilan, dan sebagainya. Kelas Ibu Hamil dilaksanakan sebulan sekali di masing-masing puskesmas.
Setiap ibu hamil telah memiliki Buku Jambon untuk memantau perkembangan kehamilan sampai anaknya berusia lima tahun. "Pengenalan dia harus memahami tubuhnya kalau ada kondisi tidak normal dia sudah mengerti. Kalau belm punya jaminan kesehatan kita dorong punya jaminan kesehatan," imbuhnya.
Ning menyebutkan, setiap tahun jumlah ibu hamil di Kota Solo mencapai 10 ribu sampai 11 ribu orang. Sekitar 80 persennya mengikuti Kelas Ibu Hamil. Namun, yang diwisuda hanya perwakilan peserta dari masing-masing puskesmas.
Dua ratus peserta yang diwisuda kali ini berasal dari 17 puskesmas. "Sebenarnya kalau periksa di puskesmas pemeriksaannya lebih intens, ada kelas ibu hamil, ada senam ibu hamil. Program ini sejak 2010," imbuhnya.
Mengenai AKI, menurutnya, hal itu merupakan indikator impact, banyak faktor yang mempengaruhi. Karena itu, DKK mendorong agar para ibu hamil mengetahui tanda-tanda kelainan kehamilan supaya tidak terjadi keterlambatan.
"Angka kematian ibu turun. Tahun ini sudah empat ibu. Dulu pernah mencapai 16 orang. Tahun kemarin ada enam atau tujuh kasus. Tapi kadang-kadang orangnya tidak domisili di Solo tapi warga Solo, kan surat kematian dari Solo," ujarnya.
Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengucapkan selamat kepada 200 peserta yang diwisuda. "Ini merupakan salah satu kebanggaan bagi saya," ujar wali kota.
Ia berpesan kepada para ibu hamil agar rutin melakukan cek laboratorium tiga kali selama kehamilan. Supaya kandungannya terjaga dg baik.
"Kami berharap pada ibu-ibu mari bersama-sama hidup sehat supaya putra putrinya nanti menjadi generasi yang berguna bagi bangsa negara dan kesehatannya terus terjaga," katanya.