Rabu 07 Nov 2018 19:05 WIB

Ini Kunci Mengapa Dua Muslimah Menang di Kongres AS

Tlaib dan Omar menang di tengah gelombang Islamofobia di tanah Paman Sam.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Rashida Tlaib (tengah)
Foto:
Ilhan Omar.

Omar menghabiskan empat tahun di kamp pengungsian di Kenya sebelum tiba di AS. Ia tinggal di Minneapolis yang berdekatan dengan komunitas Somalia terbesar di negara bagian Minnesota. Ia juga aktif di partai Democratic-Farmer-Labor Minnesota.

Selain jaminan kesehatan dan mencabut Undang-undang ICE ia juga berjanji akan memperjuangkan menggratiskan biaya kuliah dan menaikan standar upah minumum menjadi 15 dolar AS per jam.

Para pengamat sudah lama memastikan kemenangannya. Sebuah lembaga pengawas kandidat legislatif AS Open Secrets merilis laporan Omar berhasil mengumpulkan 800 ribu dolar AS selama masa pengumpulan dan. 

Kampanye Tlaib pun tidak jauh berbeda dengan Omar. Ia juga berjanji untuk mempertahankan jaminan kesehatan dan sosial serta mencegah pemotongan bantuan pemerintah bagi yang membutuhkan. Tapi Tlaib juga berjanji untuk menghentikan pemotongan pajak untuk perusahaan besar.

Artinya Tlaib menentang keringanan pajak untuk miliarder dan perusahaan-perusahaan kaya dan memaksa negara untuk mengembalikan uang jutaan dolar ke ribuan orang yang tertipu oleh tunjangan pengangguran. Hal ini yang membuatnya berhasil menarik banyak suara. Tlaib berhasil mendapatkan suara dari kelas menengah dan menengah bawah apa pun warga kulit mereka. 

Tlaib memang keturunan Palestina tapi ia lahir dan tumbuh besar di Detroit. Ia belajar di sekolah negeri di sana dan lulus di SMA Southwestern. Ia melanjutkan sekolahnya di Wayne State University di Detroit dan meraih gelar hukum di Western Michigan University.

Menduduki kursi Kongres bukan sejarah pertama yang Tlaib torehkan. Ia juga mencetak sejarah dengan menjadi perempuan muslim pertama yang terpilih sebagai anggota legislatif di Negara Bagian Michigan.

Dia kemudian bekerja sebagai pengacara dan mengadvokasi perusahaan nirlaba Sugar Law Center for Economic and Social Justice di Detroit. Tlaib juga bekerja untuk memerangi sikap anti-Arab dan anti-Muslim.

Seperti Omar, Tlaib juga banyak didukung organisasi sayap partai Demokrat. Ia didukung  Democracy for America, People for Bernie, Our Revolution, the Progressive Change Campaign Committee, dan Greater Detroit Democratic Socialists of America.

Tlaib juga memiliki kecenderungan yang sama dengan Omar. Ia banyak terlibat dalam organisasi demokrasi-progresif. Tidak hanya aktif di politik Tlaib juga berhasil menulis buku tentang hukum untuk melindungi konsumen dari penipuan pajak dan untuk menghentikan pencurian besi tua dari properti pribadi di Detroit.

Kedua perempuan ini berhasil lolos menjadi anggota Kongres AS setelah meluasnya perasaan negatif warga AS terhadap Muslim Amerika. Aljazirah mengutip sebuah laporan yang dikeluarkan oleh the New America Foundation dan the American Muslim Institution yang menyatakan dua dari lima warga AS menilai Islam tidak sesuai dengan nilai-nilai AS.

Jumlahnya juga sama dengan mereka yang menilai Muslim AS bukan warga yang patriotik. Kelompok hak asasi Muslim AS mengatakan retorika anti-Islam kebanyakan berasal dari media. Begitu juga dengan para politisi di Gedung Putih.

Para peneliti menemukan orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai pendukung Partai Republik cenderung  memiliki pandangan negatif terhadap Islam dan Muslim. Baru-baru ini Muslim Advocates mengeluarkan laporan yang menyatakan 80 kandidat politik menggunakan retorika anti-Islam dalam kampanye mereka pada tahun 2017 dan 2018. 

Tapi kedua perempuan Muslim tersebut berhasil membalikan pandangan negatif. Kampanye-kampanye dan jejak hidup mereka berhasil menarik banyak suara dari berbagai kelas dan warna kulit.

"Mereka mendefinisikan ide seperti apa perempuan muslim seharusnya terlihat, melakukan apa, seperti apa dan saya pikir orang-orang akan terus terpesona oleh mereka," kata CEO Empowering Engaged Muslim Americans (Emgage), Wa'el N. Alzayat dalam akun Twitter Emgage USA.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement