Rabu 07 Nov 2018 12:41 WIB

Mengintip Ruang Autopsi Korban Lion Air JT610

Tim DVI menganggap satu bagian tubuh (sebagai satu) individu.

Sebanyak 2 kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 tiba di Rumah Sakit (RS) Polri, Selasa (30/10), Jakarta.
Foto: dok. Istimewa
Sebanyak 2 kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 tiba di Rumah Sakit (RS) Polri, Selasa (30/10), Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aroma khas desinfektan menyeruak saat ruang autopsi Rumah Sakit Polri Sukanto Kramatjati Jakarta Timur terbuka setiap menerima sejumlah kantong jenazah korban Lion Air JT610 yang masuk satu per satu. Ruangan tersebut selalu tertutup untuk siapa pun yang ingin mengetahui informasi tentang korban.

Hanya beberapa petugas dari kepolisian setempat dan sejumlah tim forensik dari Disaster Victim Identification (DVI) yang mondar-mandir di ruangan tersebut. Di sisi lain, rasa penasaran akan proses autopsi bagian tubuh korban makin membuncah saat tim Disaster Victim Identification (DVI) Rumah Sakit Polri Sukanto Kramatjati satu per satu mengumumkan para korban yang berhasil diidentifikasi.

Beruntung, rasa penasaran akan tempat tersebut terjawab sudah saat Niken Budi Setiawaty, salah satu dokter forensik di RS Sukanto Polri Kramatjati mengizinkan melihat-lihat seluk-beluk ruangan autopsi jenazah pada Jumat (2/11). Meski ruangan sudah terlihat steril, tetap saja bagi yang tidak kuat menahan aroma pembusukan, pasti tak akan sudi memasuki ruangan kerja Niken bersama timnya.

"Sekarang (jenazah) kan dalam proses pembusukan lanjut, sudah tidak utuh lagi jadi identifikasi juga sulit," ujar Niken.

Pada ruangan lapis pertama, terdapat beberapa peti mati yang telah disiapkan untuk pemakaman jenazah, beberapa alat timbangan, serta data-data penerimaan tubuh yang tercatat di dindingnya. Di bagian ruangan lainnya, di sisi kanan, juga terdapat alat CT scan yang digunakan untuk memindai kondisi jenazah sebelum diperiksa.

Lebih dalam lagi, Niken menunjukkan ruangan lapis kedua bercat dinding biru. Di dalam ruangan tersebut, terdapat meja-meja autopsi kurang lebih 10 buah. Di meja tersebut bagian tubuh jenazah diperiksa oleh timnya yang terdiri dari beberapa dokter forensik, fotografer, INAFIS, teknisi, pemeriksa DNA serta dokter gigi forensik. 

Adapun ruang tersebut juga memiliki ruangan terpisah lainnya berisi meja autopsi. Niken mengungkapkan, ruangan tersebut digunakan jika tubuh yang mereka temukan memiliki riwayat menderita penyakit menular.

"Untuk kasus yang punya penyakit menular, kita harus pisahkan jadi nggak kontaminasi ruangan lain. Tapi untuk kasus ini sama semua," jelasnya.

Selain meja autopsi, tampak beberapa alat lainnya yang bisa ditemukan seperti cairan kimia, alat-alat kedokteran, lampu sorot yang biasa ditemukan di meja operasi, serta beberapa freezer atau pendingin untuk menyimpan organ tubuh. Kemudian di pintu paling belakang ruangan tersebut, terdapat freezer yang digunakan untuk menyimpan jasad para korban dalam kantong jenazah yang dikirimkan tim pencarian korban dari Tanjung Priok.

"Suhu simpannya minus 14 derajat Celsius, bisa menyimpan kurang lebih 50 jenazah," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement