Rabu 07 Nov 2018 08:29 WIB

Donald Trump dan Kemungkinan Sejarah Baru Pemilu AS

Posisi Donald Trump diperkirakan terancam ada pilpres AS mendatang.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Foto:
Rashida Tlaib akan menjadi perempuan muslim pertama yang dipilih menjadi anggota Kongres AS.

Imigran Berpesta Demokrasi

Menjelang pemilu paruh waktu pada Selasa (6/11), Trump telah berulang kali menabur ketakutan terkait kebijakan imigrasinya. Meski demikian, jumlah pengajuan suaka di AS tercatat telah meningkat lebih dari 25 persen setelah Trump terpilih sebagai presiden.

Menurut Pemerintah AS, para imigran turut diberi hak untuk memilih dalam pemilu, di antara hak-hak lainnya sebagai warga AS, termasuk memilih pada pemilu paruh waktu. Setiap tahun, pemerintah menaturalisasi lebih dari 700 ribu imigran.

Imigran asal Irak, Khalid al-Jashame (43 tahun), mengaku pemilu paruh waktu AS tahun ini merupakan kesempatan pertamanya untuk ikut berpartisipasi. "Saya benar-benar bersemangat untuk memilih. Sekarang saya merasa saya benar-benar berada di sini, di Amerika Serikat, menjadi bagian dari negara ini," ujar al-Jashame, kepada Aljazirah.

Al-Jashame mangatakan, ia mengajukan permohonan Visa Imigran Khusus (SIV), sebuah program pemberian 50 visa dalam setahun kepada penerjemah Irak dan Afghanistan untuk tentara AS. Pada 2012, permohonannya disetujui. Dia pun pergi ke AS pada Maret bersama istri dan dua anaknya. Lima tahun kemudian, dia dinaturalisasi sebagai warga negara AS.

Al-Jashame mengatakan, beberapa politikus AS tidak selalu merasakan penderitaan di balik cerita pengungsi. Dengan memberikan suaranya, ia berharap dapat melihat perubahan dan lebih banyak orang yang berkuasa memperlakukan pengungsi dengan rasa hormat.

Sementara, imigran asal Meksiko, Nancy Avila (35), mengatakan, setelah naturalisasi, dia sekarang bisa memberikan suaranya dalam pemilu. Sebelumnya ia tidak terdaftar sebagai pemilih saat pemilu presiden 2016, meski dia benar-benar menginginkan untuk menjadi pemilih.

"Donald Trump tidak mewakili negara kami dengan baik. Kami ditertawakan di negara lain. Dia mengategorikan imigran sebagai orang berkedudukan rendah, tetapi bukan itu yang dimaksudkan Amerika Serikat. Kita semua imigran di sini. Bagi saya, ini menyedihkan," ujar Avila, yang tinggal di Phoenix, Arizona.

Avila mengaku akan memilih Partai Demokrat dengan harapan bisa mengubah situasi politik saat ini. Dia percaya bahwa setiap suara akan memberikan pengaruh.

"Inilah yang kami pelajari dari pemilu terakhir. Ada orang-orang yang tidak memilih pada saat itu dan sekarang mereka menyesalinya," ungkapnya. 

(ed: yeyen rostiyani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement