Rabu 07 Nov 2018 02:43 WIB

Banjir Terjang 12 Desa di Wilayah Aceh Jaya

Masyarakat diminta mewaspadai curah hujan tinggi yang memicu banjir dan longsor.

Warga membenahi dan mengamankan barang-barang dari genangan banjir yang mulai surut di Teunom, Aceh Jaya, Aceh, Rabu (17/10/2018).
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warga membenahi dan mengamankan barang-barang dari genangan banjir yang mulai surut di Teunom, Aceh Jaya, Aceh, Rabu (17/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH— Banjir setinggi dada orang dewasa akibat hujan dengan intensitas sedang hingga lebat menerjang 12 desa atau gampong di empat kecamatan di wilayah Aceh Jaya, Selasa (6/11) malam.

"Hujan yang mengguyur Aceh Jaya sejak sore tadi, telah menyebabkan sebagian wilayah di empat kecamatan tergenang air sekitar pukul 16.00 WIB," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Rabu (7/11).

Ia menyebut, ketinggian air hujan yang menggenangi 12 gampong ini dilaporkan berkisar 20 hingga mencapai 150 centimeter, dan mengakibatkan korban terdampak banjir mengungsi ke rumah penduduk terdekat.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menyebut, sedikitnya terdapat 1.272 keluarga dengan 3.901 jiwa menjadi korban banjir, di antaranya 961 keluarga dengan 3.085 jiwa tinggal di delapan gampong di Kecamatan Darul Hikmah yang merupakan kawasan terparah.

Di Kecamatan Krueng Sabee terdapat dua gampong total korban banjir 210 keluarga atau 537 jiwa, Kecamatan Sampoiniet satu gampong 92 keluarga dengan 247 jiwa, dan Kecamatan Setia Bakti delapan keluarga atau 32 jiwa.

Sebelumnya banjir setinggi paha orang dewasa akibat pecahnya tanggul Sungai Teunom karena tingginya curah hujan mengakibatkan sungai itu tidak sanggup menampung, sehingga telah merendam tiga gampong di Kecamatan Teunom, Aceh Jaya pada Jumat, (2/10) malam.

"Banjir kali ini, juga merendam total 29 warung di tiga gampong. Terdiri dari 20 unit di Suak Bekuah, dan enam unit di Babah Dua, Darul Hikmah, dan terakhir tiga unit di Curek, Krueng Sabee. Di Gampong Curek ini, ada badan jalan rusak sepanjang 250 meter akibat banjir," katanya.

"Hingga tengah malam ini, hujan masih terus berlangsung, dan banjir masih menggenangi rumah warga. BPBD Aceh Jaya masih terus memantau ketinggian debit air, daerah rawan banjir, dan mendata korban terdampak banjir di tiap kecamatan," terang Dadek.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh, telah mengingatkan agar masyarakat yang tinggal di provinsi paling Barat di Indonesia ini untuk mewaspadai banjir dan tanah longsor.

"Masa peralihan telah kita lalui di September. Oktober ini, kita berada di musin hujan. Tetapi bukan puncak musim hujan," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Aceh, Zakaria Ahmad.

Ia melanjutkan, puncak musim penghujan di provinsi ini diperkirakan terjadi di November 2018 untuk wilayah Barat-Selatan dan secara umum di Aceh akan terjadi di Desember tahun ini. 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement