Selasa 06 Nov 2018 23:36 WIB

Alasan RS Polri Sering Telepon Keluarga Korban JT610

Keluarga dekat pasti bisa mengetahuinya.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Muhammad Hafil
Suasana Ruang Instalasi Forensik Posmortem Rumah Sakit (RS) Polri, Jakarta, Jumat (2/11),
Foto: Republika/Imas Damayanti
Suasana Ruang Instalasi Forensik Posmortem Rumah Sakit (RS) Polri, Jakarta, Jumat (2/11),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejumlah tahapan identifikasi terhadap jenazah korban dari pesawat jatuh Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 dengan rute Jakarta-Bangka Belitung, masih terus dilakukan pihak RS Polri. Saat ini, dokter masih fokus melakukan rekonsiliasi dari data-data yang telah terkumpul, salah satunya dengan melakukan wawancara secara langsung maupun via telepon.

Ketua Tim Antemortem RS Polri Kombes Saljiana meminta kepada keluarga korban agar tetap bersabar, dan jika dengan masih terus dihubungi untuk pencocokan data mohon untuk juga dimaklumi. “Kalau seolah-olah kita sering telepon, itu adalah pendalaman identifikasi dari kami. Kemudian dari data itu kita seleksi,” ujar dia dalam konferensi pers di RS Polri Kramat Djati, Jakarta Timur, Selasa (6/11).

 

Dalam wawancara itu lah, keluarga dapat menyampaikan semua ciri-ciri dari korban, begitu juga ciri-ciri benda yang dikenakan dan menempel pada tubuh korban. Apabila dari wawancara tersebut dirasa masih ada yang kurang untuk dikonfirmasi, maka RS Polri memiliki call center, atau nanti pihak call center RS Polri yang akan hubungi keluarga korban.

 

“Dengan itu kita bisa mengerucut apabila ada tanda-tanda nanti akan kita sandingkan pada saat rekonsiliasi. Ini lah tempat diskusi para expert untuk identifikasi korban tersebut. Kalau data posmortem masih ada yang kurang, kita cek lagi (jasadnya), kalau masih ada yang kurang data antemortem, kita telepon lagi keluarga,” papar Saljiana.

 

Untuk Tim DVI sendiri, telah membuat posko antemortem, sebagi tempat laporan para keluarga yang akan melaporkan, keluarga akan laporkan dan bawa dokumen yang diperlukan untuk identifikasi. Setelah terima laporan keluarga, maka akan didata secara umum, terutama apakah ada hubungan darah dengan korban, karena memang harus ada hubungan yang sangat dekat dengan korban.

 

Kemudian data-data seperti rekam medis dokter gigi korban, lalu sidik jari dalam dokumen pribadi korban, serta DNA keluarga, juga akan dibandingkan pada saat rekonsiliasi. Pewawancara juga akan menanyakan ciri-ciri medis yang melekat pada tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki.

 

“Itu sedetil-detilnya keluarga akan menceritakan. Keluarga dekat pasti bisa mengetahui, seperti kemarin ada yang teridentifikasi karena memakai tato. Kemudian ciri lain yang berupa tanda lahir. Misal operasi, operasi tulang pernah pakai pan, itu bisa pakai tanda medis yang ada di jasad tersebut bisa diajukan pada rekonsiliasi,” papar Saljiana.

 

Sebelumnya, maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 rute Jakarta-Pangkal Pinang mengalami hilang kontak, Senin (29/10) pagi. Pesawat tersebut melakukan take off pada pukul 6.20 WIB lalu hilang kontak pada pukul 6.33 WIB, dan telah dinyatakan pesawat jatuh namun masih didalami penyebab jatuhnya pesawat tersebut.

 

Pesawat membawa 188 orang, dengan 181 penumpang di antaranya 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak, dan dua bayi, kemudian tujuh crew pesawat di antaranya dua Pilot, dan lima pramugari. Pilot sempat meminta kembali ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

 

FDR Blackbox dari pesawat tersebut memang telah ditemukan, serta puing-puing pesawat. Namun untuk dapat mengungkap penyebab kecelakaan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), masih menunggu CVR blackbox lagi yang belum ditemukan.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement