REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, menjelaskan, pada empat penerbangan terakhir pesawat Lion Air dengan registrasi PK-LQP, terjadi kesimpangsiuran pada bagian indikator kecepatan udara. Terdapat perbedaan di sisi kapten pilot dan sisi co-pilot pesawat tersebut.
"Terjadi unreliable dari airspeednya. Jadi airspeednya terjadi perbedaan antara kiri dan kanan. Kan di pesawat itu ada captain side sama co-pilot side," terang Soerjanto di KRI Banda Aceh-593 yang berlayar di atas Laut Jawa, Jawa Barat, Selasa (6/11).
Hal itu tercatat terjadi pada empat penerbangan terakhir pesawat tersebut, termasuk penerbangan terakhirnya yang jatuh di Perairan Karawang, Laut Jawa, Jawa Barat, pada Senin (29/10) lalu. Kini, kata dia, KNKT tengah melakukan komunikasi dengan pabrik pesawat tersebut, yakni Boeing, serta pilot yang menerbangkan pesawat itu sebelumnya untuk menggali informasi lebih lanjut.
"Untuk menggali data, untuk mencari tahu kenapa penyebabnya. Tapi itu salah satu dari item yang kita harus cek. Jadi tidak secepat itu narik kesimpulan, jauh sekali. Step-step yang harus kita laksanakan dalam investigsi, termasuk kalau ada keanehan sedikit saja kita menggalinya, usahanya, cukup luar biasa," jelasnya.
Ia juga menjelaskan, data yang ada pada kotak hitam flight data recorder (FDR) sudah berhasil diunduh dan data tersebut dalam kondisi baik. Setidaknya ada 69 jam rekaman data penerbangan yang terdiri dari 19 penerbangan.
"Dari data yang kita unduh itu ada 1790 parameter. Nah dari beberapa parameter kita sudah cek seperti posisi semua itu ternyata sama dengan radar," katanya.
Dengan hasil itu, kata dia, artinya data yang direkam bagus. KNKT saat ini sedang mempelajari lebih detil lagi rekaman-rekaman itu, terutama untuk melihat masalah apa yang timbul.