Selasa 06 Nov 2018 19:01 WIB

Riset Pengembangan Mobil Listrik Libatkan Kampus

Kolaborasi pemerintah dengan perguruan tinggi ini diharapkan dapat berjalan terus.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi mobil listrik
Foto: Republika/Darmawan
Ilustrasi mobil listrik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyambut baik hasil studi komprehensif ketenagalistrikan tahap pertama. Riset melibatkan akademisi dari perguruan tinggi negeri (PTN) dan industri otomotif dalam  pengembangan kendaraan bertenaga listrik.

Nasir mengungkapkan Kemenristekdikti telah memfasilitasi enam PTN yang terdiri dari UI, ITB, UNS, UGM, ITS, dan Udayana untuk melakukan riset "Mobil Listrik Nasional" secara mandiri. Ia berharap hal tersebut dapat memacu perguruan tinggi lainnya untuk turut berkontribusi dalam penelitian-penelitian baru lainnya.

"Kolaborasi pemerintah dengan perguruan tinggi ini diharapkan dapat berjalan terus agar selalu ada hasil penelitian baru sehingga menghasilkan produk Indonesia yang berkualitas," kata Nasir melalui pesan tertulis, Selasa (6/11).

Dalam hasil studi yang dipaparkan tersebut, kata dia, secara garis besar menunjukkan bahwa penggunaan mobil listrik baik jenis hybrid atau plug in hybrid lebih efisien dan hemat dalam penggunaan energi. Terutama jika dibandingkan menggunakan kendaraan bukan elektrik atau dalam jenis internal combustion engine.

Mobil listrik jenis hybrid bisa melakukan penghematan dalam menggunakan energi sebesar 50 persen. Sedangkan, untuk jenis mobil listrik plug in hybrid penghematan energi bisa mencapai 75-80 persen.

"Melalui 10 bidang strategis yang menjadi perhatian pemerintah dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN), riset mengenai transportasi dan energi baru terbarukan harus memiliki arah yang jelas dan menghasilkan inovasi yang menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat," jelas Nasir.

Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyebutkan, saat ini pemerintah berupaya mendorong pemanfaatan teknologi otomotif yang ramah lingkungan melalui program LCEV (Low Carbon Emission Vehicle). Hal itu dilakukan sebagai bagian komitmen pemerintah menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29 persen pada tahun 2025, dan juga sekaligus menjaga energi sekuriti khususnya di sektor transportasi darat.

Selain melibatkan enam PTN yang ada di Indonesia, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga menggandeng Toyota Indonesia untuk bersama melakukan riset dan studi secara komprehensif tentang pentahapan teknologi kendaraan yang dialiri listrik di dalam negeri.

Sebagai salah satu sektor andalan di dalam roadmap Making Indonesia 4.0, dia juga berharap industri otomotif nasional dapat menjadi basis produksi kendaraan bermotor baik Internal Combustion Engine (ICE) maupun Electrified Vehicle (EV) untuk pasar domestik maupun ekspor.

“Nanti hasil studi akan menjadi masukkan bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan pengembangan kendaraan listrik, sehingga target 20 persen untuk produksi kendaraan emisi karbon rendah (Low Carbon Emission Vehicle/LCEV) tahun 2025 dapat tercapai," ucap Airlangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement