REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Fadli Zonn menjelaskan maksud janji Prabowo meniadakan impor jika terpilih menjadi presiden. Menurut Fadli, kebijakan meniadakan impor oleh calon presiden nomor urut 2 itu tentu tidak dapat dilakukan keseluruhan.
"Yang dimaksud oleh Pak Prabowo tentu tidak semuanya dan karena tidak mungkin semua ada di produksi di Indonesia," ujar Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (6/11).
Ia menyebut, ada komoditas bahan pangan di Indonesia yang tidak perlu impor seperti beras dan bahan-bahan lain yang ketersediannya melimpah. "Misalnya beras kita bisa produksi di Indonesia kenapa harus impor. Kita bisa produksi barang-barang lain, komoditas pertanian yang bisa di produksi di indonesia ya jangan impor," kata Fadli.
Selain itu, Fadli menerangkan, impor tidak akan dilakukan dengan masif selama masa musim panen. "Itu konteks pembicaraan Pak Prabowo," kata wakil ketua umum Partai Gerindra tersebut.
Prabowo berjanji tidak akan impor apapun jika terpilih menjadi presiden pada pilpres 2019. Hal itu disampaikan Prabowo saat berpidato di hadapan peserta Tabligh Akbar dan Deklarasi Komando Ulama Pemenangan Prabowo Sandi (Kopassandi) di GOR Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan, Ahad (4/11).
"Saya bersaksi di sini kalau Insya Allah saya menerima amanah rakyat indonesia, saya akan bikin Indonesia berdiri di atas kaki kita sendiri. Kita tidak akan impor apa-apa, saudara saudara sekalian. Kita harus dan kita mampu swasembada pangan," kata Prabowo.
Tak hanya pangan, Prabowo juga menyerukan swasembada energi jika ia menjadi presiden. "Kita juga harus dan mampu swasembada energi, swasembada bahan bakar. Kita nggak perlu impor 1,3 juta barel tiap hari. Kita nggak perlu kirim 30 miliar dollar tiap tahun ke luar negeri hanya untuk bayar bahan bakar," katanya.