Senin 05 Nov 2018 13:36 WIB

Tampang Boyolali, Ejekan atau Candaan?

Andi Arief mengatakan Prabowo tidak berniat negatif, tetapi perlu minta maaf.

Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (tengah).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (tengah).

Oleh Muhammad Ikhwanuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto tentang 'Tampang Boyolali' beberapa waktu lalu dianggap oleh sebagian pihak menyinggung fisik orang lain. Kendati demikian, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno menyatakan pernyataan itu sebagai candaan yang kemudian dipolitisasi.

Baca Juga

Juru bicara Partai Solidaritas Indonesia Dedek Prayudi mengatakan, pernyataan Prabowo soal 'Tampang Boyolali' termasuk ke dalam unsur ejekan terhadap fisik seseorang. "Seharusnya Prabowo paham bahwa cara bercanda yang menertawakan status sosial tertentu yang diwakilkan oleh 'wajah Boyolali' tergolong body shaming," kata dia dalam keterangan pers yang diterima Republika, Senin (5/11).

Menurut Dedek, saat berbicara di depan orang banyak, seorang tokoh yang melontarkan candaan kepada khalayak merupakan hal yang lumrah. Namun, ia menitikberatkan adalah ujaran yang mengandung sensitifvitas seperti kondisi fisik.

Karena hal itu, ia menilai wajar ada pelaporan kelompok yang mengatasnamakan perwakilan warga Boyolali melayangkan laporan kepada kepolisian terkait hal itu. "Kami menganggap wajar bahwa ada rakyat, terutama di Boyolali yang marah kepada beliau, karena wajah mereka dianggap merepresentasikan kelas sosial tertentu yang dianggap tak layak masuk hotel berbintang," ujarnya.

Canda bentuk keakraban

photo
Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan capres cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Dahnil Aznar Simanjuntak. (Antara)

Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi Dahnil Anzar Simanjuntak menyayangkan adanya laporan terhadap pernyataan Prabowo tentang 'Tampang Boyolali' beberapa waktu lalu. Menurutnya, ujaran Prabowo adalah canda bentuk keakraban.

“Justru yang saya sayangkan adalah politisasi seolah-olah Prabowo mengejek orang Boyolali, bahkan ada laporan ke polisi,” ujarnya saat ditemui di Cikini, Sabtu (3/11).

Dahnil menilai, laporan yang ditujukan kepada Prabowo merupakan salah satu contoh politik rasisme. “Karena laporan tersebut menggeser ungkapan keakraban menjadi isu rasisme,” kata dia.

Menurutnya, konteks yang terdapat dalam ucapan Prabowo adalah soal ketimpangan ekonomi dan pembangunan antara Boyolali dan Jakarta. “Itu biasa saja karena beliau (Prabowo) sedang berhadapan dengan masyarakat Boyolali yang mendukung beliau,” ucapnya.

Kedekatan pendukung dengan Prabowo, lanjutnya, merupakan suatu hal yang lumrah dilakukan dalam satu situasi ketika orang-orang yang sudah akrab berkumpul dalam satu tempat dan waktu.

Ia meminta kepada seluruh pihak dalam kontestasi politik agar berhenti menggunakan manuver rasisme dalam menggalang suara masyarakat. Baginya, pergeseran makna ucapan Prabowo dapat membahayakan demokrasi.

Candaan fisik cukup di ruang intim

Bahkan (Prabowo) harus meminta maaf kalau masyarakat menganggap itu sebuah masalah. - Andi Arief.

Pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati berpendapat ungkapan yang menyentuh unsur sensitif seperti fisik dapat dilakukan dalam lingkup pribadi yang intim. "Itu bisa diucapkan dalam satu peer group yang tertutup dan privat, kalo diungkapkan secara intim itu tidak masalah," kata dia saat dihubungi Republika, Senin (5/11).

Ia menilai, pernyataan Prabowo di Boyolali di hadapan pendukungnya merupakan ungkapan yang diucapkan di lingkup terbuka. "Soal Prabowo, walaupun itu bercanda, tetapi itu (diucapkan) dalam konteks publik," ucap dia.

Pernyataan di depan umum tersebut, lanjut Devie, dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap orang lain. "Ini akan membuat legitimasi bagi orang-orang yang membuat opini pada orang lain," katanya.

Kendati demikian, menurut Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief, Prabowo tidak memiliki niat negatif terkait pernyataannya di Boyolali. Ia menyarankan agar Prabowo segera melakukan klarifikasi atas ucapannya kepada masyarakat. 

"Bahkan (Prabowo) harus meminta maaf kalau masyarakat menganggap itu sebuah masalah," ujarnya.

Andi menilai, bukan suatu masalah ketika Prabowo harus meminta maaf kepada warga Boyolali. Ia beralasan, warga Boyolali merupakan bagian dari rakyat yang akan Prabowo pimpin seandainya mantan Danjen Kopassus tersebut menang dalam Pilpres 2019 mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement