Senin 05 Nov 2018 08:04 WIB

Pramugari Lion Air Alfiani Dikenal Pintar Saat Sekolah

Alfiani merupakan anak semata wayang.

Seorang kerabat memegangi foto salah seorang pramugari pesawat Lion Air JT 610 yang mengalami kecelakaan, Alfiani Hidayatul Solikah di depan kedua orangtua Alfiani, Slamet (kiri) dan Kartini (kedua kiri) di rumahnya Desa Mojorejo, Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (30/10/2018).
Foto: Antara/Siswowidodo
Seorang kerabat memegangi foto salah seorang pramugari pesawat Lion Air JT 610 yang mengalami kecelakaan, Alfiani Hidayatul Solikah di depan kedua orangtua Alfiani, Slamet (kiri) dan Kartini (kedua kiri) di rumahnya Desa Mojorejo, Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (30/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosok Alfiani Hidayatul Solikah, pramugari Lion Air yang ikut menjadi korban jatuhnya pesawat bernomor penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, dikenal sebagai siswi yang pintar saat masa sekolahnya.

Gadis berusia 20 tahun itu merupakan lulusan SMA Negeri 1 Dolopo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Di masa sekolahnya, ia sering diikutkan dalam lomba debat Bahasa Inggris.

"Anaknya smart, pintar, dan ketika kelas 10 selalu dapat rangking," ujar Rindang Wahyu, guru bahasa Inggris Alfi, sapaan akrab Alfiani di SMA Negeri 1 Dolopo.

Rindang mengaku memiliki hubungan emosi yang dekat dengan mantan anak didiknya tersebut. Bahkan sehari sebelum kecelakaan, ia sempat berkomunikasi melalui Whatsapp.

Keduanya sering chatting dengan menggunakan bahasa Inggris. "Dalam chat itu, dia (Alfiani) mengeluh capek, stres, dan merasa hidupnya berat. Akhir-akhir ini saat chat dia sering mengeluh lelah. Dia ingin pulang karena kangen orang tuanya," kata Rindang.

Melalui chat itu pula, Rindang selalu memberi dukungan dan menyemangatinya. Dia mengatakan banyak teman sekolahnya yang ingin seperti Alfi, bisa berkarier mulus selepas lulus SMA.

Setelah lulus SMA Negeri 1 Dolopo di 2017, anak tunggal dari pasangan Slamet dan Sukartini itu melanjutkan pendidikan ke sekolah pramugari di Jogja Flight selama setahun. Sekitar dua bulan lalu, ia diterima bekerja di Lion Air.

photo
Sejumlah tim penyelam Dislambair Koarmada 1 TNI Angkatan Laut bersama petugas saat mengangkut turbin pesawat Lion air JT 610 di Perairan Tanjung Karawang, Sabtu (3/11).

Hingga kini Rindang masih belum percaya Alfi ikut menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Karawang, Jawa Barat. Ia mengaku pertama kali tahu kecelakaan tersebut dari grup Whatsapp sekolah.

"Kami semua tidak mengira karena berpikir tidak ada kaitannya. Setelah nama-nama korban tersebar, tersadar kok ada nama Alfi. Masih berulang kali meyakinkan diri bahwa tak mungkin ini Alfi. Saya juga berusaha kontak, namun tak ada balasan," katanya.

Di rumah duka yang berada di Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, sudah terpasang tenda dan berderet-deret kursi. Meski belum mendapat kepastian meninggal, namun tetangga, saudara, dan juga sahabat terus berdatangan.

Meski belum menerima informasi keberadaan dari Alfiani, keluarga masih bersabar dan berharap berita baik tentang dara cantik tersebut. Terlebih beberapa jam sebelum dinyatakan pesawatnya jatuh, Alfi sempat menghubungi ibunya dan mengabari akan terbang ke Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Malamnya itu pesan (telepon) kalau mau terbang ke Balikpapan. Tidak tahunya ada musibah ini," ungkap ibu korban, Sukartini.

Menurutnya, kontak terakhir dengan anak semata wayangnya itu dilakukan pada Ahad (28/10) malam. Sukartini juga tidak tahu jika ternyata jadwal tugas putrinya tersebut dipindah ke Pangkalpinang, Bangka Belitung, hingga akhirnya mendengar kabar jika pesawatnya jatuh.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement