REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepada Divisi Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri, Lisda Cancer mengatakan, proses identifikasi korban insiden Lion Air register PK-LQP terus dilakukan. Menurut dia, semakin lama korban ditemukan, proses identifikasi akan lebih sulit dilakulan.
"Kalau ada jenazah bisa, bisa diambil sampelnya. Tapi kalau memang dapatnya tulang itu memang prosesnya lebih lama lagi," kata Lisda kepada wartawan di RS Polri, Jakarta Timur, Ahad (4/11).
Ia menjelaskan, jika yang ditemukan hanya tulang korban, proses indentifikasi harus melakukan ekstrasi terlebih dahulu. Menurut dia, hal itu diperlukan proses yang lebih lama.
Lisda mengakui, banyak jenazah yang diterima tim DVI dalam keadaan tidak utuh. Hal itu dipengaruhi insiden yang terjadi.
Namun, menurut dia, proses identifikasi akan diutamakan menggunakan antemortem dan postmortem. "DNA jalan terakhir," kata dia.
Lisda menambahkan, pihaknya akan mengembalikan kondisi itu apa adanya kepada pihak keluarga. "Kita berikan kepada pasien apa yang kita terima. Kita terima dari TKP seperti itu, kita sampaikan kepada keluarga ya seperti itu," kata dia.
Hingga Ahad (4/11) Tim DVI Polri telah berhasil mengindentifikasi tujuh jenazah. Jenazah itu terdiri dari tiga perempuan dan empat laki-laki. Ketujuh jenazah itu telah dikembalikan pada keluarganya masing-masing.
Nama-nama korban yang berhasil diidentifikasi di antaranya Chandra Kirana (laki-laki), Monni (perempuan), Hizkia Jorry Saroinsong (laki-laki) Jannatun Shintya Dewi (perempuan), Fauzan Azima (laki-laki), Wahyu Susilo (laki-laki), dan Endang Sri Bagus Nita (perempuan).