REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Liyan Kurniawati, istri Syachrul Anto, relawan penyelam Basarnas yang meninggal saat pencarian korban pesawat Lion Air JT610 di Perairan Karawang, Jumat (2/11) mengungungkapkan suaminya selalu berangkat jika ada misi kemanusiaan. Meski hanya menjadi relawan penyelam Basarnas, almarhum sertifikat penyelam CSMAS.
Liyan saat ditemui di rumah duka di Surabaya pada Sabtu (3/11) mengatakan suaminya telah menjadi relawan tetap Basarnas sejak peristiwa jatuhnya pesawat Air Asia pada 2014. "Suami saya selalu menawarkan diri kalau ada musibah yang dia bisa bantu seperti relawan tetap. Waktu kejadian Air Asia dulu dia ikut evakuasi. Di Palu juga ikut bantu," katanya.
Liyan sempat mengantarkan suaminya ke Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta, pada Rabu (31/11). Ia mengaku tidak punya firasat apa-apa tentang suaminya.
Namun sebelum meninggal, suaminya sempat mengirimkan pesan yang menceritakaan perasaan sedihnya melihat banyaknya korban meninggal akibat jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Perairan Karawang, Senin (29/10). "Mungkin itu merupakan firasat dia. Bapak atau suami saya itu, untuk misi kemanusiaan meski berat dan dilarang tetap berangkat," ucapnya.
Syachrul di mata Liyan adalah sosok yang tidak pernah mengeluh tentang kondisi tubuhnya. Sebab, sebelum menjadi relawan penyelam untuk mencari korban pesawat Lion Air, Syachrul sempat menunaikan Ibadah Haji dan langsung menjadi relawan gempa di Palu, Sulawesi Tengah.
"Saya sempat dengar bahwa peralatannya kurang lengkap. Tapi bapak tidak pernah mengeluh kondisinya," ucapnya.
Syachrul Anto meninggal saat bertugas di Perairan Karawang, Jawa Barat, Jumat (2/11) karena penyakit yang dapat mempengaruhi penyelam atau orang lain (seperti penambang) yang berada dalam situasi yang melibatkan tekanan cepat penurunan suhu tubuh atau dekompresi.
Baca juga, Relawan Basarnas yang Gugur Dimakamkan di Surabaya