Jumat 02 Nov 2018 17:38 WIB

Menelusuri Penyebab Jatuhnya Pesawat Lion Air

Membutuhkan waktu enam bulan untuk memastikan penyebab kecelakaan.

Rep: Muslim AR/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah petugas SAR gabungan bersiap melakukan pencarian saat proses evakuasi pesawat Lion air JT 610 di Perairan Karawang, Jumat (2/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah petugas SAR gabungan bersiap melakukan pencarian saat proses evakuasi pesawat Lion air JT 610 di Perairan Karawang, Jumat (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID,  TANGERANG -- Teka-teki mengapa pesawat Lion Air register PK-LQP jatuh pada Senin (29/10) masih misterius. Kendati kotak hitam telah ditemukan, masih membutuhkan waktu untuk mengungkap penyebab pesawat jatuh.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, hasil investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terhadap kecelakaan pesawat Lion Air JT610 paling cepat terbit enam bulan kemudian.

"Saya tanya KNKT berapa lama proses itu berlangsung. Memang cukup lama, paling tidak enam bulan karena ada beberapa proses yang dilakukan," kata Budi seusai pembukaan Lokakarya Wartawan di Jakarta, Jumat (1/11).

Sebelumnya, pesawat JT610 dilaporkan juga mengalami persoalan dalam penerbangan Denpasar-Jakarta pada Ahad (28/10) malam. Namun, persoalan itu diklaim  telah berhasil diatasi.

photo
Kotak berisi black box pesawat Lion air JT610 telah tiba di Terminal JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11).

Sementara itu, program ABC 7.30 menunjukkan simulasi persoalan yang dihadapi saat penerbangan Denpasar-Jakarta.  Managing Director Lion Group, Daniel Putut Kuncoro Adi, menunjukkan langsung simulasi itu.

Dalam simulator itu, dijelaskan instrumen mana yang mengalami kerusakan atau malfungsi. Seperti tercantum dalam Aircraft Flight and Maintenance Log, kerusakan tersebut  merupakan instrumen pengukur kecepatan dan ketinggian.

Dalam simulasi yang dilakukan Lion Air, mereka memakai kondisi pesawat yang rusak dua alat vitalnya tersebut untuk melihat apakah bisa selamat.  Kerusakan yang disimulasikan itu merupakan kerusakan instrumen yang terjadi saat pesawat mengudara dalam penerbangan dari Denpasar ke Jakarta. Penerbangan itu adalah penerbangan terakhir sebelum peswat tersebut hilang kontak dan jatuh menghempas ke laut dengan kecapatan tinggi.

Kendala teknis itu berupa masalah di dua vital pesawat, yakni instrumen penunjuk kecepatan pesawat dan instrumen pengukur ketinggiannya. Catatan masalah tersebut tertulis dalam log maintenance-nya “IAS & ALT Disagre Shown After Take Off”. 

Sebelumnya seorang sumber Republika.co.id di Lion Air mengatakan, permasalahan itu sudah dilaporkan. Log maintenance tersebut merupakan alat komunikasi antara piot dan teknisi. “Itu media komunikasi antara teknisi dan pilot, teknisi memberi tahu pilot soal masalah teknisnya, lalu akan ada tindakan, log itu dicatat di Jakarta setelah penerbangan dari Denpasar,” ujarnya saat berbincang dengan Republika.co.id di kantor Lion Air.

Baca juga,  Nelayan Raksan Dentuman Keras Pesawat Lion Air Jatuh.

Sumber Republika.co.id yang merupakan engineer pesawat komersial dan pernah menangani pesawat Boeing 737 menyebutkan, bahwa  “IAS & ALT Disagre Shown After Take Off” adalah pemberitahuan dari teknisi bahwa ada dua instrumen yang bermasalah di pesawat tersebut setelah lepas landas dari bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement