Jumat 02 Nov 2018 08:04 WIB

Makna di Balik Pertemuan Muhammadiyah dan NU

Muhammadiyah dan NU ingin meredam gejolak yang terjadi di akar rumput.

Ketua umum PBNU Said Aqil Siroj berjabat tangan dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sebelum makan malam sekaligus bersilahturahmi di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (31/10).
Foto:
Ketua umum PBNU Said Aqil Siroj berjabat tangan dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sebelum makan malam sekaligus bersilahturahmi di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (31/10).

Bagaimana PBNU dan Muhammadiyah memandang kondisi umat sekarang?

Helmy: Kalau secara dunia internasional, Indonesia dipuji oleh banyak negara. Sementara, negara-negara di Timur Tengah banyak yang hancur karena konflik yang tidak bisa diselesaikan. Peran ulama di Indonesia sebagai pembuat solid dan pengayom umat memang dipuji oleh banyak pihak.

PBNU dan Muhammadiyah memang ada agenda tentang ekonomi. Masalah ekonomi merupakan tugas yang membutuhkan kerja keras. Perlu waktu yang lama untuk menghasilkan perubahan ekonomi.

Ketika Orde Baru, kue pembangunan hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat. Sekarang yang lebih banyak menikmati kelompok yang sedikit. Maka, warga harus diberdayakan dan diberi kemampuan serta lain-lain. Kita mendorong juga pemerintah untuk memberikan afirmasi-afirmasi dalam kebijakan-kebijakan supaya tercipta keadilan ekonomi.

Abdul Mu’ti: Secara umum, kami melihat umat Islam hidup rukun dan berdampingan secara damai, termasuk dengan pemeluk agama lain. Memang ada sebagian umat yang cenderung ekstrem, intoleran, dan menggunakan kekuatan massa untuk mencapai tujuan. Secara umum, umat Islam mendukung Pancasila dan NKRI. Hanya sebagian kecil yang menolak.

Muhammadiyah melihat NU semakin menggeliat mengembangkan perguruan tinggi. Itu sebuah perkembangan bagus. Muhammadiyah senang dengan perkembangan tersebut. Hal yang perlu ditingkatkan adalah kualitas akademik dan pelayanan kampus sebagai kawah candradimuka pembangunan sumber daya manusia.

Ke depannya, Muhammadiyah dan NU juga mempunyai gagasan bekerja sama dalam bidang ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta untuk mengurangi kesenjangan sosial.

Apakah situasi menjelang pemilihan presiden juga dibicarakan PBNU dan Muhammadiyah?

Helmy: Disampaikan juga enam bulan ke depan ini situasinya akan terus begitu. Maka, organisasi masyarakat harus bisa menjaga situasi agar tetap aman, damai, dan terkendali. Disepakati untuk bersama-sama menjaga situasi pada tahun politik ini.

Abdul Mu’ti: Ya, ada pembicaraan tentang pentingnya menjaga ketenangan dan suasana yang damai. Sebagaimana disebutkan dalam pernyataan bersama, Muhammadiyah dan NU mendukung demokrasi dan demokratisasi sebagai sarana membangun pemerintahan yang kuat dan seleksi kepemimpinan nasional yang konstitusional, profesional, adil, jujur, dan berkeadaban. Proses pemilu legislatif dan pemilihan presiden hendaknya bersih dari politik uang dan transaksional, serta berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya.

Pada tahun politik, umat hendaknya bersikap dewasa, cerdas, dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan, termasuk dalam perbedaan aspirasi politik. Umat hendaknya aktif mengikuti proses pemilu sehingga dapat dihasilkan wakil rakyat dan presiden yang berkompeten, amanah, dan melayani rakyat menuju Indonesia yang berkemajuan.

(ed: fitriyan zamzami)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement