REPUBLIKA.CO.ID, ]
Mengenang dr Ibnu Hantoro, Salah Satu Korban Lion Air
ROL/Mengenang dr Ibnu Hantoro, Salah Satu Korban Lion Air
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama dr Ibnu Hantoro SpPD tiba-tiba muncul ke permukaan. Ia menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610. Bahkan kabarnya sampai saat ini korban belum ditemukan.
Dalam rekaman memori rekan sejawatnya, sosok Ibnu Hantoro adalah sosok yang baik. Salah satu kenangan yang membekas saat dokter Ibnu meminta foto berdua dokter Ari saat wisuda Februari 2018 lalu.
Dokter Ibnu saat ini bertugas sebagai Dokter Wajib Kerja Dokter Spesialis di RSUD Kota Bangka Tengah. Istri dokter Ibnu juga seorang dokter. Istrinya itu bercerita mengajukan izin pulang ke Jakarta selama tiga hari, untuk ujian calon PNS hari Sabtu kemarin.
Istri Ibnu mengatakan, dia mempunyai dua anak yang masih kecil. Sampai sejauh ini dari keterangan istrinya, anak-anak mereka hanya tahu ayahnya sedang bertugas di Bangka. "Dokter Ibnu bercita-cita untuk mengambil konsultan Hematologi Onkologi Medik dan berharap mengembangkan perawatan paliatif melanjutkan tesis spesialisnya untuk mengembangkan peningkatan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis," ujarnya.
Kiriman fotonya dari pesawat dalam kondisi tersenyum menjadikan firasat bahwa ia sudah pasrah atas apa yang terjadi beberapa menit kemudian dengan pesawat tersebut. Senyuman tersebut juga menyiratkan pesan kepada kita, bahwa kita semua juga diminta pasrah atas apa yang terjadi dengan beliau. Dokter Ibnu tersenyum menjelang pesawat jatuh dan hancur saat menerjang laut. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik buat Ibnu.
Pria berusia 33 tahun ini baru saja lulus sebagai seorang internist dari FKUI. Hal ini diungkapkan oleh Dekan FKUI, Prof Ari Fahrial Syam. Kebetulan ia menjadi pembimbing dokter Ibnu.
Menurut dokter Ari, dokter Ibnu sosok yang baik dan rajin. Final papernya menghasilkan dua artikel terpublikasi di jurnal internasional terindeks di Pubmed: Acta Medica Indonesiana dan Journsl Health and Quality of Life Outcomes (Grup BioMed Central).
Penelitiannya sendiri, mengevaluasi kualitas hidup pasien-pasien Dispepsia Fungsional. Penelitiannya dilakukan pada 124 pasien yang berobat ke RSCM. Hasil penelitiannya mendapatkan bahwa kualitas hidup pasien dengan sakit maag kronis fungsional akan terganggu.
Pada penelitian ini kualitas hidup dinilai dengan tool Health-related quality of life (HRQoL). Pada penelitian ini juga dinilai mengenai faktor risiko yang memperburuk kualitas hidup pasien tersebut. Ternyata kecemasan atau ansietas, depresi, usia yang semakin tua, jenis kelamin wanita, beratnya gejala serta pendidikan yang rendah berhubungan dengan buruknya kualitas hidup pasien dengan sakit maag kronis tersebut.
"Sebagai pembimbing saya sangat puas atas kinerja beliau. Mudah dihubungi dan segera melakukan arahan-arahan yang saya berikan," kenangnya.
Selain itu selama melakukan penelitian di Divisi Gastro Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM, dokter Ibnu juga aktif hadir dan membantu kegiatan-kegiatan ilmiah di lingkungan Gastroenterologi.