Kamis 01 Nov 2018 19:14 WIB

Kotak Hitam Lion Air di Tengah Kuatnya Arus Bawah Laut

Kotak hitam telah diserahkan ke KNKT untuk diinvestigasi.

Rep: Antara/Ronggo/ Red: Teguh Firmansyah
Kepala Badan SAR Nasional M Syaugi (kiri) bersama Infestigator KNKT Bambang Irawan (kanan) memperlihatkan kotak hitam (black box) Pesawat Lion JT-610 yang ditemukan di perairan Karawang saat konferensi pers di KR Baruna Jaya 1, Jawa Barat, Kamis (1/11).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Kepala Badan SAR Nasional M Syaugi (kiri) bersama Infestigator KNKT Bambang Irawan (kanan) memperlihatkan kotak hitam (black box) Pesawat Lion JT-610 yang ditemukan di perairan Karawang saat konferensi pers di KR Baruna Jaya 1, Jawa Barat, Kamis (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Setelah empat hari berselang setelah jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Kabupaten Karawang, Jawa Barat, akhirnya salah satu kotak hitam (black box) ditemukan oleh tim penyelam TNI Angkatan Laut.

Benda yang merekam suara terakhir di pesawat sebelum jatuh itu ditemukan di kedalaman 30 meter lewat alat Remotely Operated Vehicle (ROV) yang dimiliki kapal Baruna Jaya I.

Awalnya ROV menemukan serpihan badan pesawat dan sebuah syal yang diduga milik korban. Petugas kemudian membawa ping locater untuk menangkap sinyal "beep" dari kotak hitam tersebut.

Dalam pencariannya pun tidak mudah, salah satu tim penyelam mengalami kesulitan karena kencangnya arus bawah laut dan peningkatan volume lumpur. "Saya bisa bergeser hingga 70-100 meter dari perahu (titik selam) saking kencangnya arus bawah laut," ujar Ketua Jawa Barat Squad Rescue, Ramdhan Dani.

Baca juga, Nelayan Rasakan Dentuman Keras Pesawat Lion Air Jatuh.

Kencangnya arus bawah laut juga mengangkat material lumpur di hilir Sungai Citarum yang selama ini mengendap di dasar laut. Situasi itu, kata Ramdhan, membuat jarak pandang penyelam menjadi pendek dan sulit fokus pada objek pencarian.

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Posko Taktis Pantai Tanjung Pakis, Karawang, situasi arus bawah laut yang kencang pada Kamis siang dipicu dorongan arus Selat Sunda dan Bangka Belitung ke arah Tanjung Karawang.

Setelah dipastikan bahwa itu kotak hitam, kemudian langsung diangkut dari dasar laut yang berjarak 100 meter dari posisi awal perkiraan. Tim langsung membawa benda yang diduga kotak hitam itu ke Kapal Baruna Jaya I.

Kotak hitam itu sudah dibawa ke dermaga Pelabuhan Tanjung Priok dan diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk diinvestigasi. Saat ini harapan pun bertumpu di kotak yang sebetulnya berwarna oranye itu karena dari situ lah investigator bisa mengetahui penyebab kecelakaan pesawat.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memerintahkan KNKT untuk segera memulai investigasi, meski belum diketaui jenis kotak hitam itu apakah Flight Data Recorder (FDR) yang merekam percakapan di kabin atau Cockpit Voice Recorder (CVR) yang merekam percakapan antara kapten pilot dan co-pilot di cock-pit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement