REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Para perempuan pegiat konservasi laut dari enam negara di Kawasan Segitiga Terumbu Karang berbagi pengalaman mereka di negara masing-masing dalam rangkaian Our Ocean Conference 2018 di Nusa Dua, Bali. Mereka berasal dari Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste.
Perempuan-perempuan hebat ini tergabung dalam The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Women Leaders Forum (WLF). Ini adalah jejaring belajar antarperempuan yang diluncurkan 2014 dan beranggotakan 200 orang. Mereka bersinergi meningkatkan kapasitas dalam menggerakkan konservasi laut.
"Kami percaya program konservasi berdampak besar ke masyarakat dan lingkungan, sehingga sangat strategis jika perempuan dilibatkan," kata Direktur Eksekutif Coral Triangle Center, Rili Djohani di Nusa Dua, Selasa (30/10).
Coral Triangle Center adalah lembaga lokal yang merintis pengelolaan kawasan konservasi kelautan di Indonesia yang berdiri sejak 2011. Fokus utamanya adalah terumbu karang, memberi pelatihan untuk pemangku kepentingan, dukungan teknis, komunikasi, dan kebijakan. Saat ini Coral Triangle Center bekerja di Nusa Penida dan Laut Banda.
Forum perempuan CTI-CFF ini merintis Inter Generational Leadership Learning Program, sebuah program berbagi ilmu dan pengalaman yang unik antara perempuan yang sudah berpengalaman banyak di bidang konservasi laut dengan anak muda yang berpotensi besar bidang konservasi. Pasangan ini bekerja sama mencari solusi masalah konservasi laut di negara masing-masing.
Di Indonesia, ada Dinah Yunitawati sebagai mentor dan Sri Rahaya Mansur sebagai mentee. Mereka bekerja sama menemukan solusi mengurangi penambangan terumbu karang dan pasir laut di Perairan Banda melalui pendekatan komunitas.
Kerja sama lintas generasi ini memberi keuntungan semua pihak. Mereka sama-sama mengasah ilmu pengetahuan dan pengalaman masing-masing, sekaligus meningkatkan kesetaraan gender di lapangan.