Senin 29 Oct 2018 16:51 WIB

‘Kami Masih Berharap Mukjizat, Kelurga Kami Selamat’

Hingga sore ini, Basarnas bersama tim gabungan masih melakukan penyisiran korban.

Rep: Intan Pratiwi, Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ratna Puspita
Jurnalis mengambil gambar daftar nama penumpang pesawat Lion Air JT 610 di Posko Utama jatuhnya Pesawat Lion Air di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (29/10).
Foto: Republika/Prayogi
Jurnalis mengambil gambar daftar nama penumpang pesawat Lion Air JT 610 di Posko Utama jatuhnya Pesawat Lion Air di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Sebelum take off mas Trie masih kabarin. Pamit mau take off," cerita Siti Anbiya Ghaasyiya Ishimichi dengan suara tercekat saat dihubungi Republika.co.id, Senin (29/10). Siti Anbiya adalah istri dari Trie Yudha Gautama salah satu penumpang Pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) pagi. 

Siti tak bisa banyak bicara. Hingga saat ini, Siti mengaku juga masih menunggu kabar terbaru dari pihak yang berwenang. 

Siti lebih memilih untuk menanti Trie di rumah dengan didampingi beberapa petugas dari perusahaan Trie bekerja, PT Timah. 

Trie masih berharap mukjizat dari Allah SWT. "Saya masih berharap yang terbaik buat mas trie. Semoga Allah selalu melindungi mas Trie," harap Trie.

Istri dari AVP Bidang Investor Relation PT Timah ini pun menjelaskan suaminya memang kerap dinas keluar kota. Siti pun mengaku tak punya firasat apapun atas kejadian ini. 

Ia hanya bercerita Trie memang kerap enggan berpergian dengan pesawat Lion Air. Hanya saja, karena penerbangan paling pagi yang tersedia ke Pangkalpinang hari ini hanya Lion Air, maka Trie terpaksa pergi.

"Mas bilang mau ketemu klien. Biasa memang. Mas emang selalu bilang enggak mau naik Lion. Tetapi, karena harus mengejar penerbangan pagi, mas berangkat," ujar Siti Anbiya.

photo
Pelanggan duduk di dekat konter Lion Air di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Senin (29/10/2018). (AP)

Harapan yang sama juga mengalir dari keluarga Nikky Bagus Santoso. Senior Assistant dari Unit Metalurgi Muntok PT Timah ini merupakan salah satu penumpang dari pesawat Lion Air JT-610. 

Nikky menuju pangkal pinang bersama dengan tiga orang kawannya yang juga bekerja di PT Timah. Fakhri, kakak ipar dari Nikky, mengaku saat malam hari masih berkomunikasi dengan Nikky. 

Nikky sempat meminta Fakhri untuk menjemput dirinya di bandara. Pria yang memang tinggal di Bangka Barat ini memang menuju Pangkal Pinang untuk pulang usai melakukan tugas di kantor pusat.

"Cuman kan terakhir kami kan memang janjian mau kami jemput pagi. Saya tunggu di bandara dari jam 6 sampai setengah 8 kok gak turun-turun tuh. Harusnya kan sampainya jam 7.10 kan ya," ujar Fakhri saat dihubungi Republika.co.id, Senin (29/10).

Fakhri pun menceritakan percakapannya candaan dengan Nikky di grup whatsapp keluarga, kemarin malam. Candaan ini membuat Fakhri menepis ada firasat atas kejadian ini. 

Namun, Fakhri bercerita, Nikky punya kebiasaan baru di grup keluarga itu, yakni kerap mengirimkan gambar dirinya ke grup keluarga. "Itu aja sih, enggak ada firasat apapun. Dia posting kegiatan dan selfie-selfie kegiatan dia selagi dinas. Beliau ini padahal jarang foto foto biasanya," ujar Fakhri.

Menurut Fakhri, Nikky merupakan sosok yang dekat dengan anak anaknya. Nikky juga merupakan sosok yang menyayangi istri dan anak anaknya. "Suka bercanda juga," ujar Fakhri.

Hingga kini Fakhri juga masih menunggu informasi lebih lanjut dari pihak Lion Air. Ia mengatakan sejauh ini informasi yang diterima oleh keluarga masih berasal dari perusahaan PT Timah. 

“Saya kan butuhkan status manifest, adakah, enggakkah. Nah, Timah kasih kabar. Bahwa iya dia naik pesawat ini. Cuman sampai siang ini, saya ke sana itu masih menunggu dari pihak Lion," ujar Fakhri.

Keluarga hingga saat ini masih berharap yang terbaik bagi Nikky. Keluarga saat ini semua berkumpul di rumah dan berharap masih adanya mukzizat dari Allah. "Harapannya yang pasti kita pengennya dia selamat ya, kembali ke rumah, kumpul lagi dengan anak anak dan keluarga. Itu pasti," ujar Fakhri.

photo
Anggota tim penyelamat mengumpulkan serpihan dari pesawat Lion Air JT610 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, (29/10/ 2018). (EPA-EFE)

Di Kantor Basarnas, sesaat setelah mendengar Lion Air JT 610 hilang kontak, keluarga panik mencari anggota keluarga mereka yang ikut dalam pesawat tersebut. Mereka mendatangi Kantor Basarnas, Jakarta Pusat, untuk mendapatkan kejelasan tentang keberadaan keluarga mereka.

“Kami mengharapkan selamat. Saudara kami ada empat orang dalam pesawat itu,” kata Feni kepada awal media, Senin (29/10) pagi.

Feny menuturkan, saudaranya yang berada dalam Lion Air JT 610, yakni adiknya beserta calon suami adiknya, ayah calon suami adiknya, serta teman dari ayah calon suaminya. Menurut Feny, mereka berempat pergi ke Pangkal Pinang, Bangka Belitung untuk bertemu sanak saudara.

Sekitar pukul 08.00 wib, Feni mengaku keluarga mereka sudah tak bisa dihubungi. Padahal, ia mengatakan, pada jam-jam itu diperkirakan pesawat yang lepas landas pada pukul 06.20 wib sudah mendarat di Pangkalpinang.

Hingga sore ini, Basarnas bersama tim gabungan masih melakukan penyisiran korban dan puing-puing pesawat. Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih berusaha mencari kotak hitam untuk pengetahui penyebab utama kecelakaan tersebut.

Presiden Joko Widodo pun telah memerintahkan untuk semuanya agar fokus pada pencarian korban dengan cepat. "Saya merasakan kerisauan yang mendalam dari seluruh keluarga korban. Namun, kita berharap para keluarga korban bisa tenang menunggu tim SAR yang sekarang ini sedang bekerja keras di lokasi kejadian," kata presiden.

“Kami lakukan upaya yang terbaik untuk menemukan dan menyelamatkan korban dan saya terus berdoa dan berharap korban bisa segera ditemukan," ujarnya menambahkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement