Ahad 28 Oct 2018 18:49 WIB

Kerugian Bencana di Sulteng Meningkat Jadi Rp 18,48 Triliun

Dampak kerugian, kerusakan akibat bencana Sulteng di sektor permukian paling besar.

Rep: Mabruroh/ Red: Reiny Dwinanda
Sejumlah mobil tampak bergeletakan di wilayah Petobo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (11/10).
Foto: Darmawan / Republika
Sejumlah mobil tampak bergeletakan di wilayah Petobo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (11/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengumumkan jumlah kerugian dari kerusakan yang dialami oleh korban gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) lebih besar daripada nilai yang sebelumnya ditaksir. Semula, angka yang dirilis BNPB ialah Rp 15,58 triliun.

"Kerugian dan kerusakan akibat bencana di Sulawesi Tengah sebesar Rp 18,48 triliun per 27 Oktober," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya pada Ahad (28/10).

Sutopo menjelaskan, koreksi jumlah kerugian ini terbilang wajar. Nilai kerugian bertambah karena perhitungan masih terus dilakukan dan semua data kerusakan belum selesai tercatat.

Dari total kerugian Rp 18,48 triliun, BNPB mencatat Rp 9,41 triliun berasal dari sektor permukiman, Rp 1,05 triliun dari sektor infrastruktur, Rp 4,22 triliun dari sektor ekonomi, Rp 3,37 triliun dari sektor sosial, dan lintas sektor mencapai Rp 0,44 triliun. "Dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman paling besar karena luas dan masifnya dampak bencana," kata Sutopo.

Bangunan di sepanjang pantai di Teluk Palu hampir semua rata dengan tanah atau mengalami rusak berat akibat terjangan tsunami dengan ketinggian antara 2,2 meter hingga 11,3 meter. Kerusakan massif juga terjadi akibat yang tanah ambles di Balaroa.

Kerugian juga berasal dari permukiman yang hilang seperti di Petobo, Jono Oge, dan Sibalaya. 

"Berdasarkan sebaran wilayah, maka kerugian dan kerusakan di Kota Palu mencapai Rp 8,3 triliun, Kabupaten Sigi Rp 6,9 triliun, Donggala Rp 2,7 triliun, dan Parigi Moutong mencapai Rp 640 miliar," ungkap Sutopo.

photo
Masyarakat Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) mencoba mencari sisa-sisa berharga dari rumahnya yang hancur karena bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi, seperti surat, besi, pakaian, Sabtu (27/10).

Tim Hitung Cepat Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB dan UNDP, masih terus menghitung dampak dan kebutuhan untuk pemulihan bagi daerah yang terdampak bencana. Kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana diperkirakan lebih dari Rp 10 triliun.

"Tentu ini bukan tugas yang mudah dan ringan, namun Pemerintah dan Pemda akan siap membangun kembali," ujar dia.

 

Baca juga: Korban Meninggal Dunia Gempa Sulteng Direvisi Jadi 2.081

Sementara itu, untuk data korban hingga saat ini tercatat 2.086 orang meninggal dunia. Sebanyak 1.705 orang menjadi korban di kota Palu, 171 orang korban di Kabupaten Donggala, Sigi sebanyak 188 orang, dan Parigi Moutong tercatat 15 orang.

BNPB mencatat korban hilang sebanyak 1.309 orang. Korban luka-luka terdata 4.438 orang dan serta pengungsi sebanyak 206.524 orang.

 

"Secara umum, kondisi masyarakat sudah kondusif, perekonomian masyarakat mulai berjalan normal, sinyal telekomunikasi dan internet juga sudah pulih," ujarnya.

Pelayanan listrik PLN sudah mencapai 97 persen. Beberapa daerah memang masih ada yang terisolir karena akses menuju daerah tersebut yang masih tertimbun longsor, seperti Kabupaten Sigi meliputi Kecamatan Lindu, Kulawi, Kulawi Selatan dan Titikor.

Kendati demikian, upaya membuka daerah dengan membersihkan material longsor dengan alat-alat berat masih terus dilakukan. Akses jalan dilakukan dengan buka-tutup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement