REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno LP Marsudi, menyampaikan Kuliah Umum di ruang Balai Senat, Jumat (26/10). Di hadapan ratusan mahasiswa UGM, Retno mengajak anak muda untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan.
Menurutnya Indonesia harus belajar dari pengalaman dari bangsa lain yang dilanda konflik dan perang akibat ketidakpercayaan antar warga karena konflik dan perang yang tidak pernah berakhir.
“Sangat tidak nyaman hidup di masyarakat yang saling tidak percaya dan saling ketakutan, jangan sampai terjadi di Indonesia, banyak pengalaman di negara lain dimana akibat konflik internal, apalagi ada campur tangan dari pihak luar,” kata Retno.
Menjelang peringatan hari sumpah pemuda ke-90 tahun, kata Retno, pemuda harus selalu menjaga dan merawat persatuan dan jangan sampai menghancurkan semangat persatuan tersebut.
“Indonesia jaya dan bermartabat karena masa depan Indonesia dan dunia ada di tangan anak muda,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Retno menegaskan tentang banyak kegiatan politik luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah RI dalam beberapa tahun terakhir ini. Ia menuturkan bahwa dunia saat ini diliputi oleh serba ketidakpastian stabilitas perdamaian karena masih adanya ancaman aksi radikalisme dan terorisme.
“Radikalisme dan terorisme belum mereda, upaya untuk menciptakan perdamain dunia semakin sulit dicapai meski semua negara memiliki komitmen sama untuk mencapaui tujuan pembanguan berkelanjutan 2030,” katanya.
Namun demikian, kata Menlu, pemerintah tetap berkomitmen untuk terus berpartisipasi dalam mendukung tercapainya perdamaian dunia sekaligus melindungi warga negara yang ada di luar negeri.
“Indonesia saat ini merupakan salah satu penyumbang terbesar pasukan penjaga perdamaian dunia,” katanya.
Soal perlindungan WNI dan TKI di luar negri, kata Menlu, dirinya tak segan-segan bertemu dengan WNI yang menjadi buruh migran bahkan mengevakuasi WNI yang berada di negara yang dilanda konflik perang.
“Kita juga bertemu dengan pekerja migran di perkebunan kelapa sawit di malaysia untuk memastikan hak mereka sebagai pekerja terpenuhi dengan baik, ini juga merupakan diplomasi,” katanya.
Di Yaman, kata Menlu, pihaknya berhasil mengevakuasi ribuan WNI. ”Saya menurunkan tim diplomat berbahasa arab dan orang yang sudah dididik untuk diturunkan di wilayah konflik untuk melakukan evakuasi, melindungi warga negara kita yang hidup dan bekerja di situ,” katanya.
Menlu juga sempat menyinggung soal kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Turki yang menjadi sorotan dunia internasional. Pemerintah RI, kata retno, memberi perhatian khusus dengan mengundang dubes arab saudi untuk menjelaskan soal kasus tersebut dan memastikan kasus tersebut dapat diselesaikan dengan baik. “Kita ingin investigasi dilakukan secara seksama dan secara transparan,” katanya.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM Dr Paripurna Sugarda dalam pidato sambutannya mengatakan kekuatan diplomasi sudah menjadi bagian dari kebijakan politik luar negeri RI untuk ikut aktif menciptakan dan menjaga perdamaian dunia.
Menurutnya diplomasi yang dijalankan oleh Menlu Retno Marsudi patut diapresiasi dengan ditetapkannya Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. “Ditetapkannya Indonesia sebagai anggota tentu tidak lepas dari kekuatan diplomasi,” ujarnya.