Jumat 26 Oct 2018 07:55 WIB

Jawaban Pangeran MBS dan Saudi yang Terus Ditekan

Seorang jaksa Saudi mengatakan pembunuhan Jamal Khashoggi terencana.

Ilustrasi Muhammad bin Salman
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Muhammad bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID

Oleh: Lintar Satria, Kamran Dikarma, Marniati

Dalam pidato yang berapi-api di Riyadh, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) mengatakan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi mengerikan dan menyakitkan bagi seluruh rakyat Arab Saudi. Ini pertama kalinya putra mahkota berusia 33 tahun itu angkat bicara soal kasus pembunuhan tersebut.

"Situasi yang terjadi sangat menyakitkan bagi semua rakyat Arab Saudi, terutama karena itu terjadi pada warga Arab Saudi dan saya mengira sangat menyakitkan bagi seluruh orang di dunia," kata Pangeran Muhammad di hadapan peserta Future Investment Initiative di Riyadh, Kamis (25/10).

Dalam pidatonya, Pangeran Muhammad mengatakan, pembunuhan Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, merupakan tindakan keji dan tak dapat dibenarkan. Ia menegaskan, Saudi akan mengadili semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.

Saudi, kata dia, juga akan terus bekerja sama dengan Turki untuk mengusut kasus tersebut hingga tuntas. Pangeran Muhammad juga mengklaim menjalin kontak dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Melalui sambungan telepon, mereka membahas langkah-langkah yang diperlukan untuk menyingkap kasus kematian Khashoggi.

Pangeran Muhammad mengatakan, kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi tidak akan mengganggu atau merusak hubungan negaranya dengan Turki. “Mereka tidak akan bisa melakukan itu (merusak hubungan Saudi dengan Turki) selama ada seorang raja bernama Salman bin Abdulaziz dan seorang putra mahkota bernama Muhammad bin Salman di Arab Saudi serta seorang presiden di Turki bernama Erdogan,” kata dia.

Khashoggi (59 tahun) meninggal pada 2 Oktober lalu di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Jurnalis tersebut diketahui kerap mengkritik kebijakan Kerajaan Saudi, terlebih setelah meninggalkan negaranya untuk tinggal di AS sejak 2017. Ia melancarkan kritik terhadap kebijakan luar negeri Saudi dan mendesak pemerintah menjamin kebebasan berpendapat di negara tersebut.

Aparat keamanan Turki melansir, Khashoggi dibunuh dengan kejam oleh tim elite yang diduga merupakan suruhan Pangeran Muhammad. Sempat menyangkal kematian Khashoggi, pihak Kerajaan Arab Saudi akhirnya melansir bahwa yang terjadi pada Khashoggi adalah kecelakaan saat ia coba dibujuk untuk pulang ke Saudi.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk pertama kalinya menyatakan, ada kemungkinan Pangeran Muhammad terlibat dalam pembunuhan Khashoggi pada Rabu (24/10). Ia mengatakan, ada kemungkinan Pangeran Mohammad bin Salman mengatur operasi tersebut di Riyadh.

Saat kasus pembunuhan Khashoggi mulai mengemuka pada 2 Oktober lalu, Trump terkesan menyangkal keterlibatan Kerajaan Arab Saudi. Presiden Trump kemudian menunjukkan keragu-raguannya setelah Kerajaan Saudi terkesan mengeluarkan pernyataan berbeda-beda soal kematian Khashoggi.

BACA JUGA: Jejak Waktu Pembunuhan Khashoggi

Saudi akhirnya menyatakan bahwa ada tim yang bergerak tanpa sepengetahuan kerajaan untuk merayu Khashoggi pulang, tapi kemudian membunuhnya. Selepas lansiran itu, Trump menyatakan kesediaannya memberikan sanksi pada Saudi jika Kongres AS mengamanatkan demikian.

Pada Kamis (25/10), seorang jaksa Arab Saudi yang menangani kasus Jamal Khashoggi juga mengonfirmasi bahwa pembunuhan terhadap jurnalis Saudi itu direncanakan. Hal serupa telah disampaikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement