REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lintar Satria
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk pertama kalinya mengatakan, ada kemungkinan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul. Ia mengatakan, ada kemungkinan Pangeran Muhammad bin Salman mengatur operasi tersebut dari Riyadh.
“Pangeran menjalankan semuanya dari Riyadh, terlebih pada saat-saat sekarang. Dia menjalankan banyak hal. Jadi, jika ada yang mengatur (pembunuhan Khashoggi), pasti dia orangnya,” kata Trump dalam wawancara dengan Wall Street Journal (WSJ) yang dilansir pada Rabu (24/10).
Khashoggi (59 tahun) meninggal pada 2 Oktober lalu di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Jurnalis tersebut diketahui kerap mengkritik kebijakan Kerajaan Saudi, terlebih setelah meninggalkan negaranya untuk tinggal di AS sejak 2017. Ia melancarkan kritik terhadap kebijakan luar negeri Saudi dan mendesak pemerintah menjamin kebebasan berpendapat di negara tersebut.
Saat kasus pembunuhan Khashoggi mulai mengemuka pada 2 Oktober lalu, Trump terkesan menyangkal keterlibatan Kerajaan Arab Saudi. Presiden Trump kemudian menunjukkan keragu-raguannya terhadap cerita versi Kerajaan Saudi yang mengakui bahwa Khashoggi meninggal setelah berkelahi di konsulat.
Pasangan Presiden Amerika, Melania dan Donald Trump (kiri), serta Barack dan Michelle Obama.
Saudi kembali merevisi versi mereka pada akhir pekan lalu. Mereka menyatakan, ada tim yang bergerak tanpa sepengetahuan kerajaan untuk merayu Khashoggi pulang, tetapi kemudian membunuhnya. Selepas lansiran itu, Trump menyatakan kesediaannya memberikan sanksi kepada Saudi jika Kongres AS mengamanatkan demikian.
Dalam wawancara dengan WSJ, Trump mengatakan, sudah bertanya kepada Pangeran Muhammad soal keterlibatannya. “Pangeran Muhammad menjawab ia tidak tahu,” kata Trump mengutip perbincangannya dengan sang Pangeran.
Menurut Trump, Pangeran Muhammad juga berkeras bahwa rencana pembunuhan Khashoggi dirancang pejabat yang posisinya lebih rendah dari dirinya. Bagaimanapun, menurut Trump, ia tidak serta-merta memercayai Pangeran Muhammad.
"Saya ingin memercayai mereka, saya sangat ingin memercayai mereka," kata Trump.
Trump mengatakan, upaya Pemerintah Arab Saudi menutupi pembunuhan Khashoggi sangat buruk. “Upaya menutup-nutupi yang mereka lakukan salah satu yang terburuk dalam sejarah," ujar Trump.
Wawancara itu, menurut Reuters, dilansir bersamaan dengan pengungkapan oleh media pro pemerintah di Turki soal kunjungan Direktur CIA Gina Haspel ke Ankara. Haspel disebut telah ditunjukkan bukti-bukti rekaman suara dan gambar terkait penyiksaan dan pembunuhan Khashoggi. Bukti-bukti itu disebut milik pihak intelijen Turki.
Pada hari yang sama, visa 21 pejabat Arab Saudi juga dicabut oleh Pemerintah AS. Mereka yang dicabut visanya adalah orang-orang yang dianggap terlibat dalam kasus pembunuhan Khashoggi. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, pencabutan visa ini bukan langkah terakhir AS.
Sejauh ini, pihak Kerajaan Saudi menyangkal kabar yang menyebut Pangeran Muhammad mengetahui pembunuhan Khashoggi. Lansiran resmi kerajaan, ada sebanyak 15 orang yang bertindak sendiri terkait pembunuhan Khashoggi tanpa sepengetahuan pihak kerajaan maupun Pangeran Muhammad.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya mengungkapkan, agen tim Saudi yang diduga membunuh Khashoggi mulai tiba di Turki sehari sebelum Khashoggi dinyatakan terbunuh. Erdogan mengatakan, tim agen Saudi yang diduga membunuh Khashoggi itu terdiri atas 15 orang.
"Pembunuhan jurnalis itu sangat keji, kami memiliki bukti bahwa dia dibunuh dengan biadab," ujar Erdogan.
Reuters melaporkan, Saud al-Qahtani, seorang pembantu utama Muhammad bin Salman, tengah disorot terkait kematian Khashoggi. Qahtani adalah orang yang mengelola media sosial Pangeran Muhammad. Dia juga pria yang mendalangi penangkapan ratusan elite di negaranya serta penahanan seorang perdana menteri Lebanon.