Rabu 24 Oct 2018 12:29 WIB

Pemerataan Tanah di Balaroa Sudah Capai 50 Persen

Area yang dibersihkan dan diratakan luasnya sekitar 84 hektar.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andi Nur Aminah
Salah satu titik peristiwa likuefaksi di kawasan Balaroa yang mulai diratakan (ilustrasi)
Foto: Darwin Fatir/Antara
Salah satu titik peristiwa likuefaksi di kawasan Balaroa yang mulai diratakan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prajurit TNI melaksanakan kegiatan meratakan tanah di area Perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah. Kegiatan tersebut dilakukan untuk menghilangkan rasa trauma masyarakat yang terdampak bencana beberapa waktu lalu.

"Untuk menghilangkan rasa trauma masyarakat. Karena kalau kita biarkan rumah-rumah masih hancur, masyarakat yang datang untuk melihat akan merasa trauma berkepanjangan," ujar Komandan Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) 17/AD Letkol Czi Pabeta dalam keterangan persnya, Rabu (24/10).

Baca Juga

Pabeta mengatakan, pekerjaan yang dilaksanakan oleh Yonzipur 17/AD, Yonzipur 8/SMG, dan Kementrian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) merupakan perintah dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang diarahkan kepada Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Pangkogasgabpad) Mayjen TNI Tri Soewandono. Mereka diperintahkan untuk membersihkan area tersebut agar menghilangkan rasa trauma warga.

“Untuk itu TNI bekerja sama dengan Kementerian ESDM melaksanakan clearing, agar dilihat nyaman dan layak. Kemudian setiap masyarakat yang melihat sudah berubah kondisinya tidak lagi ada rasa trauma lagi," kata dia.

Pabeta juga menjelaskan, area yang dibersihkan luasnya sekitar 84 hektar dan sudah dikerjakan selama tiga hari ke belakang. Kemudian untuk target hingga hari Selasa (23/10), pembersihan ini sudah dikerjakan sekitar 50 persen. "Target kami ke depan mudah-mudahan cuaca mendukung agar empat hari lagi area ini semuanya sudah diratakan," ucapnya.

Menurutnya, ada sekitar 20 persen atau delapan hingga sembilan hektar yang tidak bisa dimasuki oleh alat berat karena kondisi tanah yang labil. Jika alat berat melewati area itu, maka akan membahayakan bagi operator dan alat berat tersebut.

“Sebab itu kami harus berhati-hati dalam mengoperasionalkan alat berat supaya tidak terjerembab. Kami harus meyakinkan betul bahwa tempat itu aman untuk kita lewati," ungkap dia.

Untuk alat berat yang dikerahkan dalam meratakan area likuefaksi, Pabeta menjelaskan, ada sebanyak 22 alat berat. Ada enam unit buldozer dan 16 unit ekskavator. Ia pun merasa alat-alat tersebut sudah cukup memadai. “Saya rasa cukup untuk meratakan tempat ini dengan luas 84 hektar, tinggal kami mengefektifkan penggunaan alat berat tersebut,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement