Selasa 23 Oct 2018 14:53 WIB

‘Jarwo Bagus untuk Edukasi Petani di Perdesaan’

Metode ini memberikan satu pemahaman baru cara menanam padi.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (berpeci) saat turun ke sawah ikut menanam padi metode Jajar Legowo, di Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Senin (22/10).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (berpeci) saat turun ke sawah ikut menanam padi metode Jajar Legowo, di Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Senin (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menilai metode tanam padi Jajar Legowo (Jarwo) penting dikembangkan dalam mendorong produktivitas panagan di daerahnya.

Menurut orang nomor satu di Jawa Tengah ini, metode ‘Jarwo’ ini mendidik para petani bagaimana metode bercocok tanam yang baik dan mampu memberikan hasil produksi yang maksimal.

“Metode ini memberikan satu pemahaman baru cara menanam padi, hasilnya jauh lebih bagus,” kata Ganjar, usai turun langsung menanam padi, pada acara Festival dan Sarasehan Jajar Legowo, di Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Selain itu, jelas gubernur, metode tanam ini juga bisa memberikan penjelasan kepada masyarakat untuk beralih pada teknologi pertanian modern. Misalnya dalam menggunakan alat mesin pertanian (alsintan) transplanter.

Termasuk mengajarkan bertani dengan metode baik dan lebih pada pertanian organik. Jika metode ini bisa terus dikembangkan, maka produk pertanian organiknya bisa masuk kualifikasi premium. “Kalau kualifikasinya premium, maka  dijamin harganya wah, mahal sekali,” katanya.

Pada kesempatan ini, gubernur hadir di tengah-tengah para perempuan buruh tandur atau tanam padi dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Sebelumnya para penyedia jasa tanam perempuan ini mengikuti lomba menanam padi sistem jajar legowo.

Peserta lomba ini para perempuan yang berasal dari 40 kelompok dari 12 daerah di Jawa Tengah. Seperti Kabupaten Semarang, Boyolali, Sragen, Karanganyar, Wonogiri, Klaten, Sukoharjo, Grobogan,  Kudus, Kendal, Wonosobo, dan Kabupaten Magelang.

Untuk tiap kelompok peserta terdiri dari delapan perempuan yang masing- masing harus menanam di lahan seluas 2.000 meter persegi. Lomba ini untuk memberikan apresiasi terhadap perempuan buruh tanam.

“Yang dilombakan teknologi tanam namanya jajar legowo, merupakan metode tanam diprogramkan pemerintah sejak lama, namun hanya berhenti diujicoba saja,” kata koordinator acara, Ruth M Subodro.

Dalam lomba ini, penilaian menitikberatkan pada sistem jajar Legowo (4 : 1) yang benar. “Baik dari sstem, cara, kekompakan timnya, dan kecepatan tanam,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement